
Ingin tahu arti nama Ubaidillah beserta rangkaian nama yang cocok untuk si buah hati? Yuk, simak artikel ini selengkapnya!
Bagi Anda yang beragama muslim, memilih sapaan bagi putra yang mengandung doa-doa baik mungkin sangatlah penting. Jika demikian, barangkali arti nama Ubaidillah yang kami ulas di artikel ini bisa Anda sematkan pada buah hati tercinta.
Ubaidillah adalah sapaan bernuansa islami yang terdiri dari 10 huruf. Jadi sepertinya terlalu panjang jika diletakkan di depan rangkaian nama. Namun, Anda bisa banget meletakkannya di bagian tengah maupun belakang.
Meski demikian, jika Anda tetap ngotot menjadikan Ubaidillah sebagai nama depan juga tak masalah. Tinggal berikan saja sapaan yang singkat untuk anak laki-laki Anda, misalnya saja Ubay.
Jika sudah tak sabar ingin mengetahui penjelasan arti nama Ubaidillah beserta asal bahasa dan referensi tokoh-tokoh populer yang memiliki sapaan serupa, tetap simak artikel berikut. Siapa tahu setelah ini Anda akan semakin mantap menamakan si buah hati dengan panggilan tersebut.
- Nama
- Ubaidillah
- Jenis Kelamin
- Laki-Laki
- Arti
- Hamba Allah
- Asal Bahasa
- Arab
- Orang Terkenal
- Ubaidillah bin Abdullah, Ubaidillah bin Ziyad, Thalhah bin Ubaidillah
Asal Bahasa
Sebelum membahas lebih jauh tentang arti nama Ubaidillah, mari kita bahas asal katanya terlebih dahulu. Dalam bahasa Arab, sapaan tersebut bisa ditulis dengan kata عبيد الله.
Meski demikian, panggilan itu sebenarnya terdiri dari dua kata, yaitu Ubaid (عبيد) yang memiliki arti hamba dan Allah (الله) yang artinya Tuhan. Maka, arti nama Ubaidillah adalah hamba Allah.
Jika menyematkan nama tersebut pada buah hati tercinta, harapannya ia akan tumbuh menjadi sosok yang saleh. Dengan demikian, ia akan selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Tak hanya itu, apabila mengetahui hakikat sebagai hamba Allah, secara otomatis putra Anda akan menjadi sosok yang mencintai orang tua. Pun dalam menghadapi segala hal, ia mampu bersikap bijak.
Baca juga: Film Anak Anak Terbaik Yang Wajib Ditonton
Rangkaian Nama dan Artinya
Mungkin saat ini Anda tertarik dengan arti nama Ubaidillah dan ingin menyematkannya pada buah hati tercinta. Namun, tentunya Anda juga harus memikirkan rangkaian nama yang tepat, bukan? Nah, jika Anda kebingungan, kami akan mencoba memberikan referensi yang barangkali bisa menginsipirasi.
Seperti yang sudah kami terangkan di awal, nama Ubaidillah bisa diletakkan di depan, tengah, maupun belakang. Dan sapaan lain yang menyertainya pun tak harus bahasa Arab.
Untuk Anda yang suka dengan sapaan-sapaan khas Indonesia bisa menggabungkannya dengan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Sedangkan jika Anda suka sapaan yang terdengar modern, merangkainya dengan kata-kata yang berasal dari Barat pun juga tidak masalah.
Misalnya ingin meletakkannya di depan, Anda bisa menambahkan sapaan Adhitama yang memiliki arti tampan dan indah di bagian belakang. Jadi, rangkaian nama Ubaidillah Adhitama artinya adalah hamba Allah yang tampan.
Atau jika ingin meletakkannya di bagian tengah, mungkin Anda bisa memilih nama Muhammad Ubaidillah Rafisqy. Muhammad artinya yang terpuji, sedangkan Rafisqy memiliki makna kesempurnaan dan kebaikan.
Mau menjadikannya sebagai nama belakang? Bisa saja. Coba tambahkan nama Zidan yang dalam bahasa Arab berarti pengampunan dan kemerdekaan, serta Kalandra yang dalam bahasa Jawa artinya menerangi masyarakat. Zidan Kalandra Ubaidillah, nama yang cukup indah, bukan?
Baca juga: Kumpulan Video Anak Anak yang Edukatif dan Memiliki Pesan Moral
Tokoh Populer
1. Ubaidillah bin Abdullah
Abu Abdullah Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud Al Hadzali merupakan seorang ulama, ahli fikih, dan ahli hadits yang berasal dari golongan tabi’in. Sekadar informasi, golongan tabi’in adalah orang-orang yang menjadi murid dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Jadi, di masa mereka hidup, Nabi Muhammad memang telah meninggal dunia.
Ubaidillah bin Abdullah merupakan cucu keponakan dari Abdullah bin Mas’ud, sahabat Rasulullah dan orang keenam yang masuk Islam. Ia lahir di Madinah pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Ia mempelajari ilmu agama dari sahabat-sahabat Nabi, seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan Zaid bin Khalid. Setelah dewasa, ia dikenal sebagai salah satu dari Fuqoha Sab’ah dan menjadi guru dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Fuqoha Sab’ah adalah gelar yang diberikan pada sekelompok ahli fiqih dari generasi tabi’in yang merupakan para tokoh utama ilmu fiqih di Madinah. Di akhir hayatnya, ia mengalami gangguan penglihatan hingga akhirnya benar-benar buta dan meninggal pada tahun 716 Masehi atau 98 Hijriyah.
2. Ubaidillah bin Ziyad
Abu Hafs Ubaidillah bin Ziyad bin Abihi lahir dari seorang ibu bernama Marjanah yang merupakan budak perempuan. Sedangkan ayahnya adalah panglima Bani Umayyah yang terkenal kejam. Silsilah dari ayahnya pun tidak jelas, oleh karenanya sang ayah sering dipanggil Ibnu Abihi yang berarti anak ayahnya.
Namun, Abu Sufyan yang merupakan paman Nabi Muhammad, mengklaim ayah Ubaidillah sebagai putra dari hubungan dengan seorang budak wanita. Oleh sebab itu, Muawiyah, putra Abu Sufyan, menganggapnya sebagai keponakan.
Kemudian setelah Ibnu Abihi wafat, Ubaidillah bin Ziyad dinobatkan sebagai gubernur Khurasan oleh Muawiyah. Saat itu, usianya baru menginjak 25 tahun. Lalu sekitar tahun 55 Hijriyah, ia diangkat sebagai gubernur Bashrah.
Setelah ia memerintah selama tiga tahun, terjadi kerusuhan yang didalangi oleh kelompok Khawarij. Namun, ia berhasil memberantas pemberontakan tersebut. Meski turut berperan besar dalam menciptakan kejayaan Bani Umayyah, ia sangat dibenci kaum Syiah. Sebab, ia dianggap menjadi salah satu dalang meninggalnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.
Baca juga: Cara Mengatasi Anak Tantrum dan Langkah Pencegahan yang Dapat Bunda Lakukan
3. Ubaidillah Al Ahrar
Syekh Ubaidillah Al Ahrar lahir pada bulan Ramadhan tahun 1404 Masehi di desa Shash yang saat ini menjadi wilayah Uzbekistan. Ketika berusia 22 tahun, ia disekolahkan di sekolah keagamaan yang berada di Samarkand. Namun, ia yang merasa enggan dengan dunia akademik pun memutuskan untuk keluar dan mendalami ilmu kebatinan.
Setelah menjelajah ke sana kemari mengikuti berbagai forum pembelajaran sufi, ia pun memutuskan untuk berguru pada Syekh Ya’qub Al Jarkhi dari Tarekat Naqsabandiyah. Tak puas hanya dengan belajar sufi, ia mulai menekuni dunia politik saat terjadi kekacauan di kerajaan Timurid gara-gara perebutan tahta.
Melihat keadaan kerajaan yang semakin tak menentu dan rakyat yang kesusahan akibat pajak yang mencekik, ia pun menghimpun masyarakat untuk mewujudkan sistem himayat. Sistem tersebut berfungsi melindungi aktivitas pertanian dan perdagangan masyarakat.
Bersamaan dengan itu, dengan kekuatan spiritual dan koneksinya yang luas, ia menjadi ‘tim sukses’ yang mendukung Sultan Abu Said untuk menguasai Samarkand pada 1451. Oleh sebab itu, tak heran jika ia dikenal sebagai sosok ulama sufi yang luar biasa karena mampu mengangkat seseorang menjadi raja.