Anak Bunda tiba-tiba sering marah sampai tak terkendali? Simak artikel ciri-ciri anak tantrum ini untuk tahu penyebab dan cara mengatasinya.
Tantrum adalah kemarahan meledak-ledak yang biasanya dialami anak yang kesulitan mengendalikan emosinya ketika kesal akan sesuatu. Ciri-ciri anak tantrum sering kali ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, pembangkangan, mengomel, marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan, bahkan dalam beberapa kasus, melakukan kekerasan.
Fase tantrum pada anak umumnya terjadi ketika memasuki usia 12 hingga 18 bulan, dan mencapai puncaknya saat anak umur 2 tahun. Di usia-usia itu, anak mengalami ledakan emosi yang sulit dikendalikan. Meskipun keinginannya dipenuhi, akan sangat sulit menenangkan anak yang sedang dalam kondisi tantrum.
Namun, Bunda tak perlu terlalu khawatir karena hal ini merupakan bagian dari proses yang normal pada tumbuh kembang si kecil. Tantrum juga akan berkurang sedikit demi sedikit ketika anak mulai menginjak usia empat tahun.
Nah, agar tidak panik dengan kondisi emosi tersebut, sebaiknya kenali dulu ciri-ciri anak tantrum di artikel ini untuk menemukan cara terbaik mengatasinya. Yuk, simak!
Penyebab Tantrum
Meski merupakan kondisi yang normal terjadi pada anak usia dini, tantrum pada si kecil selalu disebabkan karena beberapa hal. Hal ini bisa berkaitan dengan emosi dalam diri anak yang tidak stabil atau dikarenakan tekanan dari lingkungan sekitar, misalnya teman atau keluarga.
Faktor penyebab tantrum yang pertama adalah tidak terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan anak atau apa yang diterimanya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi semacam ini biasanya terjadi ketika anak tidak mampu mengekspresikan diri, dengan kata lain tidak bisa mengatakan kepada orang tua tentang apa yang ia inginkan. Karena tidak adanya komunikasi yang baik, sering kali orang tua memberikan sesuatu yang tidak sesuai keinginan anak.
Ada pula tantrum yang disebabkan lantaran pola asuh orang tua. Misalnya jika orang tua terlalu memanjakan atau sebaliknya, tidak peduli dan menelantarkan anak. Memanjakan membuat anak terlalu bergantung pada orang tua, sedangkan bersikap tidak peduli mungkin dapat membuatnya merasa Bunda tidak menyayanginya. Pola asuh yang tidak tepat semacam itu membuat gejala tantrum tidak dapat dihindari.
Penyebab selanjutnya anak mengalami tantrum adalah kondisi keluarga. Kondisi tersebut bisa jadi disebabkan rumah tangga kedua orang tua yang bermasalah. Selain faktor keluarga, tantrum dapat dipicu karena anak menerima kritikan dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, atau lantaran adanya masalah emosional antara anak dengan orang tua. Ketidaktahuan orang tua tentang apa itu tantrum juga bisa menyebabkan terlambatnya respon terhadap kemarahan dan sikap agresif anak.
Ciri-Ciri Anak Mengalami Tantrum
Seorang anak normalnya akan mengalami tantrum setelah berusia satu tahun. Tantrum akan berkurang dan berhenti dengan sendirinya di usia 3-4 tahun. Luapan emosi pada anak ini terjadi saat balita marah atau tidak puas akan sesuatu hal. Berikut ciri-cirinya:
1. Diam dan Menahan Nafas
Vicki F. Panaccione, Ph.D., pendiri Better Parenting Institute menyebutkan bahwa salah satu ciri-ciri anak tantrum adalah menahan nafas. Dalam kondisi ini, perhatian Bunda akan dengan cepat beralih padanya karena ketika si kecil menahan nafas, keadaannya sangat mungkin berubah lebih buruk.
Bagaimana tidak, wajah anak akan berubah menjadi biru akibat tidak ada udara yang masuk ke dalam paru-parunya selama beberapa saat. Pada sejumlah kasus, menahan nafas yang terlalu lama bahkan dapat menyebabkan buah hati Bunda pingsan.
Namun meski ciri-ciri anak tantrum yang satu ini cukup mengkhawatikan, umumnya perilaku si kecil menahan nafas tidak berlangsung lama. Begitu ia menghentikan “aksi” menahan nafas, Bunda bisa segera menenangkannya.
2. Tubuh Menegang dan Meronta-ronta
Ciri tantrum berikutnya ialah tubuh anak Bunda akan menegang ketika ia hendak mengamuk. Saat kondisinya sudah seperti itu, ia bisa saja meronta-ronta saat Bunda berusaha menenangkannya. Dengan kata lain, ia menolak untuk tenang.
Sebaiknya, biarkan ia meronta-ronta dan meluapkan kemarahannya. Selama anak tidak melakukan hal-hal berbahaya seperti menyakiti diri sendiri atau merusak barang-barang di sekitarnya, Bunda dapat menunggu sampai luapan emosinya mereda sebelum menenangkan dan menasihatinya.
3. Merengek dan Mudah Marah
Penyebab anak tantrum disebabkan oleh hal-hal yang kadang tidak dimengerti orang dewasa. Bisa saja tiba-tiba si kecil merengek, padahal beberapa saat sebelumnya masih asyik bermain. Bunda perlu waspada jika anak merengek, apalagi sambil bergumam atau meracau tidak jelas.
Selain merengek, tantrum juga ditandai dengan sifat anak yang mudah marah. Hal itu dapat disebabkan karena keinginannya tidak terpenuhi. Keinginannya mungkin sepele, tetapi jika Bunda tidak memenuhinya atau sudah memenuhi tapi tidak membuatnya puas, ini dapat menjadi pemicu munculnya tantrum.
4. Mengamuk
Di titik ini, ciri-ciri anak tantrum jelas sekali terlihat, yaitu si kecil mulai mengamuk dan agresif. Ia bisa saja berteriak-teriak sambil menangis, hingga yang paling ekstrem sampai membanting barang-barang yang bisa dijangkau tangannya.
Mengamuk adalah puncak dari ledakan emosi yang sudah lama ditahannya. Kalau sudah begini, biasanya tantrum akan berlangsung lama antara 10-20 menit. Bahkan seandainya sudah reda pun, masih ada kemungkinan emosinya kembali meledak lantaran belum benar-benar merasa tenang.
5. Menyakiti Diri Sendiri Maupun Orang di Sekitarnya
Saat tantrum, anak Bunda bisa menyakiti diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Ia mungkin akan memukul-mukulkan tangannya ke lantai atau memukuli bagian tubuhnya sendiri, bahkan menyakiti orang-orang yang berusaha menenangkannya. Maka dari itu, Bunda harus berhati-hati saat menenangkan anak tantrum yang menjadi begitu agresif.
Sambil berusaha menenangkannya, pindahkan ia ke atas kasur atau tempat selain di lantai yang permukaannya lembut untuk menghindari lebam jika ia memukul-mukulkan tangan atau menghentak-hentakkan kaki ke lantai. Kemudian, menjauh darinya dan jauhkan pula benda-benda yang mungkin akan dilempar atau dibantingnya. Kalau ia sudah aman di tempatnya, tunggu sampai tantrumnya mereda.
Bentuk Perilaku Anak Tantrum
Perilaku anak yang sedang tantrum bisa berbeda-beda dalam meluapkan emosinya bergantung pada usia. Biasanya, anak yang usianya lebih dari satu tahun cenderung semakin agresif ketika temper tantrum mereka memuncak.
1. Anak Usia 12-18 Bulan
Pemerhati anak bernama Beth Urquhart menuturkan, anak berusia 12-18 bulan belum bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Oleh sebab itu dalam rentang usia ini, anak-anak mengalami tantrum bukan untuk mencari perhatian. Tantrum di usia tersebut merupakan bentuk komunikasi atas ketidakmampuan anak menyampaikan perasaannya secara verbal, seperti menolak makanan yang disuguhkan.
Bentuk perilaku anak tantrum di usia 12-18 bulan bisa dibarengi dengan melempar-lemparkan badan ke lantai, membentur-benturkan kepala, menahan nafas dan berteriak-teriak marah, menendang, melempar-lemparkan barang, memukul-mukulkan tangan, dan melengkungkan punggung. Rasa-rasanya, ia mungkin akan melakukan hal berbahaya lain yang seharusnya tidak dilakukan anak-anak.
2. Anak Usia 18 Bulan sampai 2,5 Tahun
Berbeda dengan yang terjadi pada anak usia 12-18 bulan, tantrum yang dialami balita umur 1,5 hingga 2,5 tahun cenderung manipulatif. Anak biasanya hanya menggunakan itu sebagai alat agar keinginan mereka dipenuhi.
Maka dari itu, ketika anak Bunda yang dalam rentang usia ini melakukan tindakan yang menunjukkan ciri-ciri anak tantrum, cara terbaik mendidiknya ialah dengan tidak memenuhi permintaannya. Karena jika Bunda memberi apa yang ia inginkan, sangat mungkin ia akan kembali memanipulasi tantrumnya untuk meminta sesuatu.
Baca juga: Mengenal dan Memahami Anak dengan Gangguan Autis
Sisi Positif dari Tantrum pada Anak
Ciri-ciri anak tantrum menunjukkan pada orang tua bahwa buah hati sedang dalam fase berkembang dari segi emosi. Di fase itu ia akan belajar tentang marah, kesal, sedih, dan sebagainya. Karena itulah Bunda tidak perlu panik, mengingat tantrum juga mempunyai sisi positif bagi putra-putri tercinta.
1. Anak Bisa Belajar Mengatur Emosi
Emosi tidak sebaiknya ditahan oleh siapa pun, termasuk anak-anak. Tantrum adalah salah satu cara anak menyampaikan kegelisahannya meskipun dengan sikap yang mungkin tidak disukai sebagian besar orang tua. Jadi, tantrum sebenarnya dapat berdampak baik pada anak Bunda.
Saat tantrum, anak juga akan belajar melepaskan stres dan frustrasi yang ia rasakan. Dengan begitu, anak-anak menjadi lebih memahami diri mereka. Bukan itu saja, meluapkan perasaannya juga membuatnya merasa lega begitu tantrum mereda.
2. Membuat Anak Merasa Aman Menunjukkan Perasaannya
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, ciri-ciri anak tantrum bisa dikarenakan adanya penolakan dari si kecil atas sesuatu yang tidak disukainya. Untuk mengatasinya, biarkan saja anak meluapkan perasaannya sehingga ia mampu mengenal macam-macam emosi, termasuk rasa frustrasi dalam dirinya.
Maka dari itu meski menghadapi anak yang sedang tantrum terkadang sangat menyebalkan, Bunda tidak boleh meresponnya dengan kemarahan. Hadapilah dengan tenang agar di masa depan ia bisa selalu merasa nyaman mengekspresikan perasaannya.
Baca juga: Jenis Jenis Permainan Anak yang Mendidik Beserta Manfaatnya bagi Si Kecil
3. Anak akan Tidur Lebih Nyenyak
Tantrum sangat melelahkan, baik bagi orang tua maupun anak. Di satu sisi orang tua menjadi kerepotan menangani anak yang sedang tantrum, sedangkan si anak sendiri kelelahan karena tantrum bisa berlangsung sampai sekitar setengah jam.
Tapi jangan salah, tantrum juga bisa berdampak positif pada anak. Sebab setelah tantrum, anak akan dapat tidur nyenyak lantaran sudah meluapkan rasa frustrasinya.
4. Membuat Anak Lebih Dekat dengan Orang Tua
Saat anak sedang tantrum dan Bunda mampu merespon serta menanganinya dengan baik, hal ini dapat semakin mendekatkan hubungan Bunda dan buah hati tercinta. Anak akan belajar mengerti tentang kasih sayang yang sudah Bunda tunjukkan padanya karena kemampuan Bunda mengendalikan marah saat menghadapi tantrumnya.
Selain itu, anak akan merasa Bunda menerimanya dalam kondisi apa pun. Ia akan lebih menghargai Bunda yang tetap di sampingnya dan menyayanginya, sehingga hubungan Bunda dengan si kecil menjadi lebih dekat.
Baca juga: Film Anak Anak Terbaik Yang Wajib Ditonton
Tantrum Bukan Kondisi Menakutkan
Setelah mengetahui ciri-ciri anak tantrum yang dipaparkan di artikel ini, Bunda dapat segera menerapkan langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang tepat. Bunda juga jadi tahu bahwa tantrum adalah kondisi yang wajar dialami anak-anak balita di masa tumbuh kembangnya. Oleh karenanya, Bunda tidak perlu panik menghadapi anak yang kemarahannya meledak-ledak sampai mengamuk.
Beri tahu suami tentang ciri-ciri anak tantrum, ya, Bun. Supaya Bunda dan Ayah dapat bekerja sama ketika anak mengalaminya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Bunda dan Ayah.