
Anak yang sering tantrum pasti sering membuat Ayah dan Bunda bingung. Supaya tidak bingung lagi, yuk ketahui info tentang tantrum selengkapnya di sini!
Anak yang mendadak tantrum pasti membuat Ayah dan Bunda bingung dan khawatir. Dalam artikel berikut, Anda bisa menyimak beberapa cara yang bisa dilakukan saat buah hati sedang melakukan aksi tantrumnya.
Anda mungkin sering merasa kesal ketika ketika temper tantrum putra atau putri Anda mendadak muncul. Terutama hal tersebut terjadi ketika Anda tengah mengajaknya ke tempat umum.
Namun, akan lebih baik jika Anda tidak memandang tantrum sebagai sebuah bencana besar. Karena jika bisa diatasi dengan baik, ada sisi positif dan manfaat yang bisa diambil dari ledakan emosi anak Anda tersebut.
Bunda ingin tahu informasi lebih lengkap tentang kemarahan sesaat si kecil ini? Cek artikel di bawah ini, yuk!
Apa Itu Tantrum?
Tantrum pada dasarnya adalah ledakan emosi yang ditandai dengan sikap keras kepala, tangisan, jeritan, teriakan, omelan, resistensi pada upaya untuk menenangkan, bahkan melakukan kekerasan. Biasanya hal ini akan terjadi pada anak-anak atau mereka yang mengalami tekanan emosional.
Ketika seseorang mengalami ledakan emosi, ia akan kehilangan kontrol fisik dan tidak bisa diam. Terkadang, saat tujuan atau keinginan sudah terpenuhi sekalipun, ia masih belum bisa tenang.
Normalnya, tantrum akan terjadi sejak si kecil berusia sekitar 12 hingga 18 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 2 tahun. Itu adalah masa-masa di mana anak Anda mulai merasa percaya diri dan berusaha menunjukkan kemandirian pada orang-orang di sekitarnya.
Sayangnya, pada usia ini mereka masih belum bisa berbicara dengan sempurna. Karena keterbatasan untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan itulah yang menjadi salah satu penyebab tantrum.
Rasa lelah, lapar, dan sakit yang tengah dialami si kecil pun bisa memperburuk keadaan. Dalam artian bisa memperparah tantrumnya atau menjadikan intensitasnya semakin sering.
Pada beberapa kasus, ledakan emosi tersebut akan berkurang dari waktu ke waktu dan biasanya hilang ketika si kecil sudah berusia 4 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan juga tantrumnya muncul sewaktu-waktu ketika ia dewasa.
Tantrum pada orang dewasa akan muncul dalam bentuk yang berbeda dibandingkan anak-anak. Biasanya dalam bentuk sebuah omelan dan kemarahan yang berlarut-larut.
Terkadang orang dewasa yang mengalami ledakan emosi akan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak bisa ditenangkan. Ia bisa meledak hanya karena hal kecil lalu mulai mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Pada usia ini tantrum memiliki satu motif, yaitu untuk membuat keadaan di sekitarnya tidak nyaman sampai orang lain memberikan apa yang ia inginkan.
Baca juga: Kiat Memilih Aneka Mainan Anak Anak yang Edukatif untuk si Buah Hati
Penyebab Tantrum
Sebenarnya tantrum adalah hal yang normal terjadi pada proses tumbuh kembang anak-anak. Hal tersebut penting bagi putra dan putri Anda sebagai proses belajar menuju kemandirian.
Ledakan kemarahan tersebut dapat terjadi ketika anak Anda merasa lelah, lapar, tidak nyaman, khawatir, dan lain-lain. Pada dasarnya, hal itu akan muncul ketika mereka merasakan adanya hal-hal yang membuat mereka frustasi.
Mereka akan langsung mengamuk karena tidak bisa mendapatkan atau melakukan apa yang mereka inginkan. Nanti ketika keterampilan berbahasanya sudah mulai meningkat, hal tersebut akan semakin jarang terjadi.
Fase tantrum pada anak berlangsung dalam 5 tahapan. Mulai dari penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, hingga akhirnya penerimaan.
Awalnya pada tahap penyangkalan, putra dan putri Anda akan sering menolak atau mengabaikan apapun yang diucapkan orangtuanya. Mereka tidak akan mendengarkan Anda dan berusaha melarikan diri dari pengawasan.
Pada tahap selanjutnya akan melakukan segala cara untuk meluapkan segala amarahnya. Mereka akan mulai berteriak, menangis, bahkan seringkali langsung berguling di lantai sembari memukulkan kaki dan tangannya ke lantai.
Jika Anda berhasil merayunya, tahap tawar menawar pun dimulai. Tahapan ini akan berlangsung berulang kali selama beberapa menit hingga si kecil menyadari proses tawar menawar ini tidak akan menguntungkannya.
Selanjutnya, ia pun mulai masuk ke dalam tahapan yang paling menjengkelkan, yaitu depresi. Pada fase ini, si kecil akan langsung menunjukkan air mata terbaiknya hingga membuat kedua orangtuanya merasa kasihan. Sebagai orangtua jangan langsung terbuai dan mengiyakan apa yang ia inginkan.
Terakhir adalah tahapan yang paling berat dan bisa menimbulkan dendam jika tidak berakhir dengan baik. Meskipun namanya penerimaan, tapi pada fase ini biasanya si kecil akan membuat pilihan untuk menyerah, memulai tantrumnya kembali dari awal, atau langsung menjauh.
Tanda-Tanda Tantrum yang Berbahaya
Meskipun tantrum termasuk hal yang normal terjadi pada setiap anak, tapi ada juga ciri-ciri yang harus Anda perhatikan baik-baik. Jika putra atau putri Anda menunjukkan tanda-tanda berikut ini, bisa jadi si kecil memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya.
Kalau sudah begitu, Anda harus memeriksakan anak yang tantrum tersebut dengan cara terapi ke psikiater sebelum menjadi lebih parah. Tanda-tanda tantrum yang berbahaya tersebut adalah:
1. Terlalu Agresif pada Orang atau Benda di Sekitarnya
Anak yang mengalami ledakan emosi ini biasanya akan berusaha melakukan tindakan agresif pada orang-orang atau barang yang ada di sekitarnya. Memukul bundanya, melemparkan barang ke ayahnya, atau bahkan menendang benda yang ada di sekitarnya.
Hal tersebut masih terhitung normal jika terjadi setiap satu atau dua kali. Namun, kalau sikap agresif itu terjadi hampir setiap kali anak Anda menyalurkan ledakan amarahnya, bisa jadi ia mengalami ADHD (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas), ODD (gangguan perilaku anak), atau gangguan mental lainnya.
2. Melukai Dirinya Sendiri
Tanda-tanda berbahaya berikutnya adalah anak yang suka melukai dirinya sendiri. Mulai dari mengigit anggota tubuhnya sendiri, menggaruk kulitnya hingga berdarah, membenturkan kepalanya ke dinding, hingga menendang benda dengan tujuan menyakiti kakinya sendiri.
Kalau itu terjadi, segera periksakan si kecil ke psikiater anak untuk mendapatkan diagnosa yang lebih tepat. Karena dikhawatirkan tantrum yang ia keluarkan itu merupakan tanda gangguan depresi mayor.
3. Terjadi Terlalu Sering
Biasanya ledakan emosi ini lebih umum terjadi di rumah daripada di sekolah atau tempat penitipan anak. Namun, ada batas jumlah tantrum yang menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan.
Di rumah akan terhitung membahayakan jika terjadi 10 kali tantrum dalam satu hari. Sementara di luar rumah terhitung berbahaya saat terjadi lebih dari 5 kali sehari dan berulang selama beberapa hari.
4. Terjadi Terlalu Lama
Normalnya, tantrum akan terjadi rata-rata sekitar 11 menit. Meskipun bagi para orang tua itu akan terasa seperti 11 tahun, tapi Anda tidak perlu khawatir jika si buah hati mengalami tantrum dalam batas waktu rata-rata tersebut.
Kekhawatiran itu juga tidak diperlukan jika tantrumnya berlangsung lama tapi hanya dalam satu waktu, dan besoknya hanya terjadi sebentar. Anda baru patut waspada jika setiap kali si kecil mengalami ledakan emosi akan berlangsung selama lebih dari 25 menit. Jika itu terjadi, segera periksakan putra atau putri Anda, ya, Bun!
5. Tidak Bisa Menenangkan Dirinya Sendiri
Seburuk apa pun ledakan emosi yang terjadi pada si kecil, biasanya mereka akan bisa menenangkan dirinya sendiri ketika keinginannya terpenuhi. Meskipun Anda harus mengajaknya berbicara dengan tenang terlebih dahulu, tapi seharusnya tidak akan susah menenangkannya.
Namun, jika si kecil tidak bisa menghentikan amukannya bahkan setelah berusaha merayunya, Anda harus mulai mulai waspada. Terutama jika si kecil mulai berusia 3 tahun ke atas. Karena pada usia tersebut, si kecil harus mulai belajar bagaimana cara menenangkan dirinya.
Baca juga: Cerita Dongeng Anak Sebelum Tidur Pilihan untuk Buah Hati Tercinta
Apakah Tantrum Bisa Dicegah?
Sebenarnya, tantrum yang terjadi pada si kecil bisa dihindari asal Anda mengetahui caranya. Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mencegah terjadinya tantrum.
1. Berikan Perhatian Positif
Biasakanlah memberi perhatian pada hal-hal baik yang dilakukan si kecil, sekecil apapun itu. Berikan pujian dan perhatian sehingga ia tidak akan merasakan kurangnya perhatian dari kedua orangtuanya.
2. Biarkan Berlatih Memiliki Kendali
Karena si kecil mulai merasa memiliki kepercayaan diri berlebih, biasanya ia akan berusaha terlihat mampu membuat keputusan sendiri. Untuk memfasilitasi hal tersebut, cobalah untuk mengubah pertanyaan Anda untuknya.
Alih-alih menanyakan “kamu mau sikat gigi sekarang?” gantilah pertanyaannya dengan “kamu mau sikat gigi sebelum atau sesudah mandi?” Pada akhirnya si kecil akan semakin jarang merasa frustasi karena dipaksa melakukan sesuatu yang bukan keinginannya.
3. Alihkan Perhatiannya
Balita masih memiliki rentang perhatian yang pendek dan sangat mudah dialihkan. Daripada ikut merasa frustasi ketika si kecil mulai rewel, lebih baik langsung alihkan perhatiannya pada hal lain yang bisa membuatnya tertarik.
Tenang saja, Bun! Ada berbagai cara yang bisa Anda lakukan. Salah satunya, dengan mengajak buah hati menyanyikan lagu anak-anak kesukaannya sudah bisa membuat perhatiannya teralih, kok!
4. Bantu Ketika Mempelajari Hal Baru
Terkadang tantrum akan muncul ketika si kecil merasa frustasi saat kesulitan mempelajari hal baru. Untuk mengatasinya, Anda bisa langsung membantunya dalam belajar melakukan sesuatu.
Pastikan untuk mulai mempelajari sesuatu dari yang sederhana terlebih dahulu sebelum beralih ke kegiatan yang lebih menantang. Jangan lupa untuk memberikan pujian ketika putra atau putri Anda berhasil melakukan hal baru tersebut.
5. Perhitungkan Permintaannya Sebaik Mungkin
Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele atau tidak penting, seperti pilihan pakaian yang lebih disukai si kecil. Selama permintaannya tidak aneh-aneh dan tidak membahayakan, biarkan saja ia melakukan hal tersebut.
6. Ketahui Batasan si Kecil
Cobalah untuk mengetahui batas lelah si kecil dan hargai hal tersebut. Jadi kalau sudah tahu si kecil mulai lelah, mungkin akan lebih bijak kalau Anda tidak memaksanya mengikuti kegiatan lain yang membuatnya semakin lelah dan akhirnya menjadi tantrum.
7. Buat Kebiasaan
Cobalah untuk membuat kebiasaan atau jadwal yang konsisten mulai dari bangun tidur hingga ia tidur lagi. Jika sudah terbiasa dengan rutinitas tertentu, si kecil akan tahu apa yang harus dilakukan pada saat tertentu sehingga bisa memberikan perasaan aman baginya.
8. Jadilah Contoh yang Baik
Setiap anak pasti akan mencontoh semua ucapan dan tindakan kedua orangtuanya. Sehingga kalau Anda selalu terlihat bisa menangani kemarahan dan rasa frustasi dengan tenang, si kecil akan cenderung meniru perilaku tersebut ketika merasakan hal yang sama.
9. Pastikan Si Kecil Cukup Makan dan Tidur
Pada beberapa kasus, biasanya tantrum terjadi karena banyak keinginan si kecil yang belum terpenuhi. Ditambahkan dengan rasa lelah, akhirnya emosi yang belum bisa ia kontrol dengan baik tersebut pun terlepas.
Untuk mengatasinya, selalu pastikan buah hati Anda cukup makan dan tidur. Jika dua kebutuhannya itu sudah terpenuhi, setidaknya Anda sudah berusaha mencegah tantrum yang disebabkan karena kelelahan dan ketidaknyamanan.
10. Perhatikan Nada Bicara Anda
Sebagai orangtua yang baik, selelah apa pun Anda, selalu pastikan berbicara dengan buah hati dengan nada yang lembut. Terutama jika Anda ingin meminta si kecil melakukan sesuatu, sehingga putra atau putri Anda tidak akan merasa tengah dipaksa melakukannya.
Baca juga: Jenis Jenis Permainan Anak yang Mendidik Beserta Manfaatnya bagi Si Kecil
Karakteristik Anak dengan Temper Tantrum
Sebelum mengetahui cara menghadapinya, Anda perlu tahu karakteristik anak dengan temper tantrum terlebih dahulu. Harapannya tentu saja supaya Anda bisa mengatasinya dengan cara yang tepat sesuai dengan jenis ledakan emosi si kecil. Di antara karakteristik tersebut adalah:
1. Tantrum Manipulatif
Karakteristik yang satu ini biasanya sengaja dibuat-buat oleh si kecil agar keinginannya langsung dituruti. Contohnya adalah ketika si kecil ingin menonton film tertentu tapi Anda tidak mengizinkannya. Karena ia merasa keinginannya tidak terpenuhi, ia pun langsung mengeluarkan ledakan emosinya.
Ketika ini terjadi, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah meninggalkannya sesaat seolah tidak memperhatikannya. Atau jika merasa khawatir membiarkannya sendirian, Anda bisa menungguinya namun tunjukkan sikap tidak memperhatikannya. Normalnya, tantrum itu pun akan langsung mereda.
2. Tantrum Frustasi
Karakteristik yang kedua ini akan muncul ketika putra atau putri tengah merasa lapar, lelah, bosan, tertekan, dituntut berlebihan, melakukan hal yang tidak ia sukai, atau sakit. Terkadang hal ini akan terjadi ketika Anda mengajaknya berjalan-jalan keluar rumah lalu si kecil merasa kelelahan.
Kalau Anda meminimalisir hal tersebut, cobalah untuk lebih memberi pengertian pada anak Anda sebelum pergi. Katakan kemana tujuan Anda dan apa manfaatnya bagi si kecil. Selain itu, sediakan juga satu atau dua mainan agar ia tidak mudah merasa bosan.
Baca juga: Kumpulan Video Anak Anak yang Edukatif dan Memiliki Pesan Moral
Cara Terbaik Menghadapi Tantrum
Ketika si kecil mulai berteriak frustasi, Anda mungkin langsung merasa marah dan putus asa. Apalagi jika hal tersebut terjadi di tempat umum atau di depan orang lain, tidak terbayang rasa malu yang Anda rasakan.
Tidak mudah memang menjadi orang tua atau pengasuh bagi balita. Namun, Anda kini tidak perlu khawatir lagi karena di bawah ini ada beberapa tips yang harus dilakukan ketika anak tantrum.
1. Usahakan Mencegah Tantrumnya Terjadi
Sebelum ledakan emosi ini terjadi pada si kecil, usahakan untuk melakukan hal-hal yang bisa mencegah itu terjadi. Biarkan ia membuat pilihan sendiri dan berikan perhatian sebaik mungkin padanya.
Semakin besar pencegahan itu dilakukan, akan semakin kecil kemungkinan untuk tantrum tersebut terjadi pada si kecil. Waspadai juga situasi yang cenderung berakhir dengan terjadinya tantrum dan usahakan Anda sudah siap dengan penanganannya.
2. Jangan Berusaha Menenangkannya
Selama si kecil tidak berusaha membahayakan dirinya sendiri ataupun orang lain, abaikan ia ketika tantrum itu terjadi. Dengan berusaha tidak mempedulikannya, Anda tidak akan membuat tingkah lakunya menjadi semakin buruk.
Kalau terjadi di rumah, keluarlah dari kamarnya lalu atur waktu untuk memeriksanya beberapa kali. Saat buah hati Anda mulai berlaku kasar dan menyakiti orang lain, usahakan untuk menghentikan dan menjauhkannya dari situasi yang membuatnya tantrum. Beri ia pengertian kalau apa yang dilakukan itu tidak baik.
3. Perlembut Suara Anda
Jika si kecil mulai menaikkan suaranya lalu berteriak, jangan sampai Anda juga ikut-ikutan menaikkan suara. Usahakan untuk melembutkan suara dan tetap tenang. Ajak ia bicara baik-baik apa yang sudah membuatnya kesal.
Pasca tantrum, jangan lupa untuk tetap meminta si kecil melakukan hal yang membuatnya marah itu. Sebagai contoh, kalau dia kesal karena Anda menyuruhnya mengambil mainan, ia harus tetap mengambil mainannya setelah tenang.
Sesudahnya, jika si kecil akhirnya mau melakukan hal tersebut, berikan pujian dengan suara yang lembut padanya. Tujuannya adalah agar ia tahu kalau itu adalah perilaku positif yang perlu ia ingat dan ulangi lagi.
4. Pahami Penyebabnya
Jika Anda sudah mengetahui apa yang menyebabkan si kecil tantrum, tentu akan membuat Anda lebih cepat mengatasinya. Tetapi yang perlu Anda ketahui adalah cara mengatasi tantrum pada anak umur 6 tahun akan sedikit berbeda dengan yang masih batita.
Kalau putra atau putri Anda sudah bisa berbicara pasti akan lebih mudah menanyainya. Namun, kalau ia belum bisa bicara apa yang harus Anda lakukan?
Salah satu caranya adalah dengan mengajarinya bahasa isyarat sederhana. Setidaknya untuk beberapa hal yang mungkin membuatnya kesal dan akhirnya tantrum, seperti makanan, susu, mengantuk, atau lainnya.
Kalau Anda tidak ingin repot-repot mengajarinya bahasa isyarat, Anda harus melakukan pendekatan lainnya. Salah satunya adalah dengan meminta si kecil untuk menunjukkan apa yang ia inginkan. Awalnya mungkin akan sulit memahami si buah hati, namun dengan sedikit waktu dan latihan, Anda akan bisa berkomunikasi lebih baik dengannya.
5. Berikan Ruang Untuk Si Kecil
Ada kalanya seorang anak perlu mengeluarkan amarah yang ia pendam. Ketika itu terjadi dan sekiranya ia tidak akan menyakiti dirinya sendiri atau orang lain, biarkan ia menyalurkan amarahnya itu selama masih dalam batasan tertentu.
Pendekatan ini dipercaya bisa membantu buah hati Anda belajar untuk melampiaskan kekesalan tanpa merusak. Ia boleh merasa marah pada sesuatu, tapi harus bisa kembali mengendalikan dirinya. Semua itu dilakukan tanpa perang teriakan dengan kedua orangtuanya.
6. Mengalihkan Perhatian
Berusaha mengalihkan perhatiannya ini bisa dibilang termasuk usaha untuk mengubah mentalnya dengan cepat. Memanfaatkan perhatian si kecil yang mudah sekali teralih bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menghentikan tantrumnya.
Jika Anda berniat pergi ke tempat umum dengan buah hati, selalu persiapkan banyak hal yang bisa mengalihkan perhatiannya. Seperti halnya mainan, buku cerita, camilan, atau lainnya. Atau coba untuk menunjuk ke arah hal lain di sekitarnya yang bisa menarik perhatian.
Ketika melakukan hal tersebut, jangan lupa gunakan nada yang bersemangat. Sehingga si kecil bisa benar-benar teralihkan perhatiannya dan lupa dengan rasa kesalnya.
7. Berikan Pelukan
Memberinya pelukan mungkin terkesan seperti hal terakhir yang ingin Anda lakukan ketika si kecil panik. Namun nyatanya, hal tersebut bisa membantu buah hati Anda menenangkan dirinya.
Kuncinya adalah, jangan mengucapkan sepatah kata pun ketika Anda memeluknya. Hal tersebut akan memberinya rasa aman dan bisa menunjukkan pada buah hati kalau Anda mempedulikannya.
8. Beri Pujian Kalau Berlaku Baik
Situasi tertentu terkadang bisa memicu tantrum pada anak Anda. Salah satu contohnya adalah saat memintanya duduk lama untuk makan padahal ia adalah anak yang lebih suka aktif bergerak.
Untuk mengatasinya, cobalah untuk memberi pengertian padanya kalau Anda lebih suka saat buah hati melakukan sesuatu. Dalam contoh kasus ini adalah duduk saat makan. Kemudian ketika ia benar-benar melakukannya, berikan pujian dengan tulus atas upayanya tersebut.
10. Tersenyumlah
Sebuah hal yang normal jika Anda merasa khawatir si buah hati melepaskan tantrum di tempat umum. Khawatir kalau orang lain berpikiran Anda adalah orangtua yang buruk dan sudah mendidik anak yang tidak bisa dikendalikan.
Akhirnya, Anda pun jadi ikut-ikutan emosi ketika anak Anda kelepasan meluapkan emosinya di tempat umum. Padahal justru kebanyakan orangtua lain akan lebih memperhatikan reaksi Anda ketika buah hati mengamuk.
Sehingga akan lebih baik kalau Anda tetap berusaha terlihat tenang dan memasang senyum layaknya lukisan Mona Lisa. Meskipun waktu itu Anda tidak melakukan apa pun untuk menenangkan si kecil, tapi orang lain yang melihatnya akan berpikiran kalau Anda adalah orangtua yang baik.
11. Disiplinkan Tanpa Pukulan
Ketika si kecil mulai tantrum, ada kalanya Anda merasa ingin langsung mendisiplinkannya dengan cara memukul atau menjewernya. Padahal hal tersebut tidak akan akan membuat tantrumnya mereda. Bahkan, kemungkinan terburuknya ia justru akan semakin mengamuk.
Apalagi, tindakan Anda tersebut justru seperti menunjukkan kalau berbuat kasar ketika marah itu adalah hal yang baik. Sehingga untuk mengatasinya, ketika suatu waktu Anda merasa ingin memukul atau menjewernya, cobalah untuk mengambil napas panjang untuk menenangkan diri. Setelahnya barulah coba untuk menenangkan buah hati yang tengah tantrum.
Baca juga: Inspirasi dan. Tips Memilih Mainan Anak Anak Perempuan yang Edukatif
Manfaat Tantrum pada Balita
Meskipun kelihatannya merepotkan dan mengesalkan, rupanya tantrum tidak selamanya buruk bagi putra atau putri Anda. Rupanya ada beberapa manfaat positif yang bisa didapatkan ketika si kecil tantrum. Di antaranya adalah:
1. Sebagai Sarana Penyaluran Emosi
Air mata yang alami pada dasarnya mengandung hormon kortisol atau hormon stres. Sehingga dengan menangis, sama artinya sedang melepaskan stres dari tubuh. Dengan begitu bisa sekaligus menurunkan tekanan darah dan memperbaiki mood.
Hal tersebut berlaku juga untuk putra atau putri Anda. Oleh karenanya, akan jauh lebih baik kalau Anda tidak menginterupsi ketika si kecil sedang tantrum. Sehingga ia bisa memproses perasaannya dengan baik.
2. Menangis Membuatnya Belajar
Seringkali tantrum terjadi karena si kecil berusaha melakukan sesuatu tapi tidak berhasil. Hal tersebut rupanya bisa menjadi proses bagi si kecil untuk mempelajari hal baru.
Oleh karena itu penting bagi Ayah dan Bunda untuk mengajarinya bagaimana cara melakukan hal itu dengan baik tanpa memarahinya. Jika Anda bisa mengajarinya dengan sabar, pada akhirnya itu bisa menjadi proses penting dalam perkembangannya.
3. Tidur Lebih Nyenyak
Pernahkah Anda tidak bisa tidur dengan nyenyak ketika sedang merasa stres? Kalau pernah, tahukah Anda kalau ternyata hal tersebut juga berlaku pada anak-anak? Ketika si kecil sedang memproses sesuatu dalam pikirannya, ia bisa saja tidak tidur dan menjadi semakin rewel.
Membiarkan anak mengalami tantrum hingga tenang adalah cara terbaik untuk mengeluarkan stres si kecil. Hal tersebut akan bisa meningkatkan rasa tenangnya sehingga ia pun bisa tidur nyenyak di malam hari.
4. Berkata “Tidak” adalah Hal Baik
Pada beberapa kasus, buah hati menjadi tantrum karena orangtuanya berkata “tidak” pada permintaannya. Meskipun dirasa melelahkan, Anda jangan sampai mudah luluh dan menuruti apa pun yang ia mau.
Pada dasarnya, berkata “tidak” akan memberi batasan pada anak Anda tentang mana perilaku yang baik dan mana yang tidak. Selain itu, berani berkata “tidak” juga berarti Anda tidak khawatir menghadapi reaksi putra atau putri Anda dan juga emosinya.
5. Anak Merasa Nyaman Mengungkapkan Perasaannya
Walau menghadapi anak yang tantrum terkadang mengesalkan, tapi sebenarnya ledakan emosi tersebut bisa dijadikan ajang bagi si kecil untuk belajar mengungkapkan perasaannya. Yang perlu dijadikan catatan hanyalah cara Anda menghadapinya ketika sedang tantrum.
Jika sudah dibina dengan baik sejak kecil, ia akan merasa nyaman untuk mengungkapkan apa yang tengah ia rasakan pada kedua orangtuanya. Hal tersebut nantinya akan mempengaruhi keterbukaannya dengan orangtua. Tentunya, Ayah dan Bunda ingin si kecil bisa tumbuh menjadi seseorang yang terbuka pada Anda berdua, kan?
6. Membuat Lebih Dekat
Kedekatan akan bisa dipupuk jika Anda selalu meyakinkan si kecil kalau Anda akan selalu ada untuknya kapan pun ia membutuhkan. Begitu juga ketika ia tengah merasa kesal dan meluapkan segala emosinya.
Untuk menjadi catatan, hindari berkata kasar atau melakukan kekerasan fisik agar ia kembali tenang. Dengan begitu ia pun akan merasa diterima apa adanya dan menjadikannya semakin dekat dengan kedua orangtuanya.
7. Belajar Mengatur Emosi
Karena belum bisa mengatur emosinya, seringkali si kecil akan melakukan segala cara untuk mengunjukkan kekesalannya. Bisa dengan cara yang sederhana atau bahkan sampai menunjukkan agresinya.
Dengan selalu memberitahunya tentang apa yang sedang ia rasakan, bisa membantu si kecil belajar lebih lanjut tentang emosinya sendiri. Sehingga pada akhirnya itu akan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan emosinya.
8. Menyembuhkan bagi Orangtua
Ketika sedang menghadapi anak yang tantrum, Ayah dan Bunda pasti akan langsung teringat pada masa kecilnya. Masa ketika kedua orangtua Anda tidak mendengarkan atau memberi empati yang Anda butuhkan.
Menjadi orangtua bisa menjadi proses penyembuhan pada emosi Anda sendiri. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi Anda untuk lebih mendengarkan diri sendiri dan berusaha menjadi orangtua yang lebih baik bagi putra atau putri Anda.
Baca juga: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara dan Legenda Terbaik yang Sarat Akan Nilai Moral
Mengenali Tantrum Lebih Jauh dan Cara Mengatasinya
Memiliki buah hati yang tantrum terkadang memang bisa membuat Ayah dan Bunda menjadi kesal. Apalagi kalau hal tersebut terjadi di tempat umum. Selain kesal, rasa malu pasti juga langsung Anda rasakan.
Sebelum hal tersebut terjadi dan agar mencegah hal tersebut tidak terjadi berkelanjutan, pastikan Anda sudah mengetahui segala informasi penting berkaitan dengan tantrum si kecil. Kalau sudah mengetahui cara mengatasinya, Anda pasti tidak akan merasa panik atau khawatir yang berlebihan kalau si kecil tantrum.
Selamat berjuang ya, Bun! Semoga dengan menguasai cara mengatasi dan mencegah tantrum, si kecil bisa menjadi seseorang yang memiliki kecerdasan emosi. Semangat!