
Setiap anak pasti memiliki masalahnya masing-masing. Daripada bingung dan khawatir, lebih baik Anda mengecek permasalahan anak usia dini di sini. Yuk!
Setiap anak terlahir dengan kemampuan yang berbeda-beda dan masalah yang muncul pun tidak akan sama. Beberapa di antara permasalahan anak usia dini tersebut bisa Anda temukan penjelasan lebih lanjutnya dalam artikel ini!
Dalam perkembangannya, seorang anak akan memiliki tiga proses penting yang saling berkaitan, yaitu biologis, sosio-emosional, dan kognitif. Pada salah satu proses tersebut, adakalanya putra atau putri Anda menghadapi berbagai masalah.
Permasalahan anak usia dini bisa terlihat pada berbagai hal, terutama ketika ia sedang bermain atau mempelajari sesuatu. Masalah tersebut mudah terlihat karena ketika muncul, hal tersebut tidak hanya menghambat pertumbuhan emosi dan sosialnya, tapi juga mengganggu perkembangan fisik, intelektual, kognitif, dan berbahasanya.
Oleh karenanya, dalam menanganinya permasalahan anak usia dini, Anda tidak bisa hanya mengatasinya dari satu aspek saja. Setiap permasalahan tersebut harus dianalis penyebabnya dan ditangani secara menyeluruh.
Ingin tahu informasi lebih lanjut tentang permasalahan anak usia dini? Cek artikel di bawah ini sekarang juga, yuk!
Apa itu Permasalahan Anak Usia Dini?
Sebelum membahas tentang permasalahan anak usia dini di Indonesia, Anda perlu tahu terlebih dahulu berapakah range usia seorang anak yang disebut dalam usia dini. Para ahli menyebutkan bahwa usia dini adalah masa paling fundamental dari lahir sampai usia delapan tahun. Masa ini disebut juga sebagai masa keemasan, masa sensitif atau peka, masa inisiatif, serta pengembangan diri.
Ketika ada masalah yang terjadi dalam masa emas, hal itu bisa mengganggu kehidupan anak Anda karena adanya hambatan dalam perkembangannya. Sayangnya, terkadang anak yang bermasalah itu agak sulit dibedakan dengan anak pada normalnya.
Untuk membedakannya, seorang anak disebut bermasalah ketika besarnya frekuensi atau intensitas perbuatannya mulai mengkhawatirkan. Tiga kriteria yang dijadikan acuan adalah statistik rata-rata, sosial, dan penyesuaian diri.
Yang dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata seseorang yang tidak sesuai dengan variabel pengukuran statistik. Contohnya adalah seorang anak yang memiliki tinggi badan di bawah atau di atas normal rata-rata anak seusianya dianggap memiliki masalah dalam tinggi badan.
Kriteria sosial adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang dari norma sosial yang ada di masyarakat. Sebagai contoh, pada masyarakat tertentu seorang anak yang terlalu aktif akan dianggap mengganggu dan melawan norma, namun di komunitas lain dianggap normal.
Kemudian yang dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan seorang individu dalam menyesuaikan diri. Kriteria ini merujuk pada perilaku yang dianggap meresahkan bahkan mengganggu perkembangan diri sendiri atau lingkungan sekitar seperti perilaku agresif, berbohong, dan lain-lain.
Baca juga: Tahukah Ayah dan Bunda Bagaimana Cara Membuat Anak Percaya Diri dan Berani?
Permasalahan Internal Anak Usia Dini
Beberapa jenis masalah internal anak usia dini umumnya dibagi menjadi masalah fisik dan psiko-sosial. Penjelasan lebih lanjutnya adalah:
1. Masalah Fisik
Masalah kesehatan fisik adalah hal yang berpengaruh besar dalam perkembangan buah hati. Permasalahan ini berkaitan dengan sistem koordinasi juga panca indra putra dan putri Anda.
Jika kemampuan buah hati dalam melakukan serta mengontrol gerakan sesuai perkembangan usianya mengalami hambatan, hal tersebut akan menjadi sebuah masalah fisik. Lebih lanjut tentang permasalahan fisik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Masalah Motorik
Masalah motorik anak bisa dibedakan menjadi dua, yaitu motorik kasar dan halus. Meskipun berbeda, tapi kedua hal tersebut sebenarnya masih saling berhubungan.
Motorik kasar merupakan keterampilan gerakan tubuh yang membutuhkan otot besar. Keterampilan tersebut akan membutuhkan sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dan dipengaruhi oleh berat badan dan perkembangan fisiknya. Contohnya adalah kemampuan duduk, menendang, berlari, atau naik turun tangga. Perkembangan motorik kasar ini sejalan dengan keterampilan buah hati dalam menggerakkan anggota tubuh secara harmonis sesuai dengan perkembangannya.
Sebaliknya, motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan dengan rangsangan secara rutin, seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, dan sebagainya.
Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam kekuatan maupun ketepatannya. Beberapa permasalahan anak usia dini yang sering terjadi adalah kesulitan dalam menggenggam pensil, menjiplak bentuk, menggunting, menempel, melipat, dan gerakan motorik halus lainnya.
b. Kekurangan Gizi
Permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi. Padahal gizi adalah hal yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas berfikir dan hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan buah hati.
Ketika seorang anak kekurangan gizi, hal tersebut bisa memengaruhi produksi tenaganya, pertahanan tubuh, struktur, dan fungsi otak juga perilaku. Oleh karena itu, buah hati membutuhkan asupan makanan dengan gizi seimbang sejak dini.
Sayangnya, ada anggapan bahwa salah satu faktor kekurangan gizi pada anak usia dini adalah perekonomian keluarga yang tidak mencukupi. Padahal, menu makanan dengan gizi seimbang tidak harus yang mahal.Seperti halnya protein daging yang bisa digantikan oleh protein dalam telur, tahu, atau tempe.
c. Gangguan Panca Indra
Pada dasarnya, panca indra memiliki fungsi penting dalam perkembangan seorang anak. Di antaranya adalah penglihatan (visual), pendengaran (auditori), pengecap (rasa), penciuman (bau), dan sentuhan (taktil).
Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada anak usia dini biasanya adalah kesulitan dalam mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukurannya. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mengamati benda secara jelas.
Gangguan pendengaran pada anak usia dini yang dimaksud di sini bukan berarti si kecil mengalami tuli, tapi lebih pada ketidakmampuan dalam membedakan suatu bunyi atau suara. Hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya buah hati terpapar suara nyaring atau keras, sehingga pendengarannya terganggu ketika sinyal suara gagal mencapai otak.
Beberapa gejala gangguannya pendengarannya adalah:
- Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.
- Tidak menoleh ke arah sumber suara.
- Tidak menyebutkan atau menirukan satu kata pun. apalagi lagu sederhana.
- Menyadari kehadiran seseorang ketika melihatnya, namun acuh saat dipanggil.
- Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras saat menonton film kartun kesukaannya.
d. Penyakit
Gangguan kesehatan yang dimaksud di sini adalah penyakit yang menimpa anak-anak. Beberapa di antaranya adalah batuk, pilek, demam diare, radang, cacar, campak, dan lain-lain. Penyakit tersebut disebabkan oleh kuman dan bakteri yang dipengaruhi makanan dan kebersihan lingkungan sekitar.
Jika penyakitnya berlangsung lama dan tidak segera diatasi, hal tersebut bisa menghambat aspek perkembangan yang penting dan memengaruhi keterampilan lain si kecil. Ketika kesehatan anak terganggu, maka usahanya dalam melakukan kegiatan belajar dan bermain pun akan mengalami gangguan juga.
e. Cacat Tubuh
Kecacatan pada tubuh yang dialami anak usia dini tidak hanya merupakan faktor bawaan yang sudah dialami sejak ia lahir, tapi juga bisa karena adanya sebuah musibah yang membuatnya kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Permasalahan anak usia dini yang muncul adalah efek dari ketidaksempurnaannya yang tidak sama seperti halnya anak lain pada normalnya. Sehingga ia pun merasa malu dan rendah diri, apalagi kalau ia diejek dan dikucilkan oleh teman-temannya.
Baca juga: Mengenal dan Mengatasi Tantrum pada Buah Hati Anda
f. Mengompol atau Enuresis
Mengompol atau enuresis baru dianggap sebagai gangguan jika terjadi pada buah hati yang berusia lebih dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan, pada usia ini si kecil seharusnya sudah bisa belajar untuk buang air kecil di kamar mandi.
Biasanya hal ini terjadi pada malam hari, tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi ketika si kecil tidur siang. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah kelainan fungsi fisiologis pada kandung kemih dan saluran kemih akhir, lubang kencing yang sempit, tidur terlalu nyenyak, dan ketidakmatangan jaringan syaraf otonom. Hal tersebut menjadikan kandung kemih tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan air kencing.
Selain itu, pada anak usia dini, faktor penyebabnya juga bisa dikarenakan ia terlalu dibiasakan menggunakan popok dan tidak dibiasakan untuk buang air kecil di kamar mandi. Sehingga si kecil akan merasa baik-baik saja buang air dimana saja, bahkan ketika tidak memakai popok sekalipun.
g. Gangguan Berbahasa
Berbahasa merupakan sebuah keterampilan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk anak usia dini, keterampilan yang diutamakan adalah dalam hal mendengarkan dan berbicara.
Permasalahan anak usia dini dalam hal berbahasa diawali dari ketidakmampuannya mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang di sekitarnya. Pada umumnya, ada beberapa gangguan berbahasa yang bisa dialami buah hati, yaitu keterlambatan bicara (speech delay), gagap (stuttering), atau cadel.
Beberapa alasan masalah ini bisa muncul pada anak-anak biasanya disebabkan oleh kurangnya kesempatan pada anak untuk mengutarakan isi hatinya. Sehingga mengakibatkan buah hati tidak mampu mengekspresikan perasaan dengan kalimatnya sendiri.
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa juga memengaruhi kemampuan bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya, seperti bicara yang tidak terlalu jelas, juga gagap. Sehingga nantinya bisa memengaruhi hubungan sosial si kecil dengan orang lain.
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa juga memengaruhi kemampuan bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya. Sehingga nantinya bisa memengaruhi hubungan sosial si kecil dengan orang lain.
h. Hiperaktif
Gangguan hiperaktif merupakan sebuah masalah yang memiliki ciri-ciri keaktifan berlebihan. Jika si kecil memiliki gangguan tersebut, dia akan sukar memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu dan kesulitan mengendalikan dirinya sendiri. Pada akhirnya, keaktifan itu bisa memengaruhi dan mengganggu kinerja si kecil di sekolah, perilakunya di rumah, dan hubungan sosialnya dengan teman yang lain.
Sebagai orangtua, tidak jarang Anda merasa khawatir si kecil yang terlalu aktif ini mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas). Di mana ia tidak hanya sekedar hiperaktif, tapi juga cenderung impulsif sehingga ia kesulitan menunda dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu. Jika gangguan itu sampai terjadi, nantinya bisa sangat memengaruhi perkembangan si kecil.
i. Kegemukan dan Obesitas
Berat badan yang berlebihan pada anak bisa membatasi ruang geraknya. Hal ini dikarenakan buah hati harus menopang beban tubuhnya ketika melakukan aktivitas.
Dampaknya bisa memengaruhi kehidupan bersosial buah hati. Tak hanya ada kemungkinan ia diejek oleh rekan sekolahnya, tapi juga karena ia sulit mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting dalam hubungan sosial.
j. Kidal
Seringnya, orang menganggap bahwa kidal adalah ketidakmampuan buah hati dalam menggunakan tangan kanannya. Padahal, itu bukanlah hal yang pasti.
Seseorang yang kidal bukan berarti tidak bisa menggunakan tangan kanannya sama sekali. Namun, si kecil menjadi kidal karena ia sudah lebih terbiasa menggunakan tangan kirinya sejak pertama kali belajar melatih motorik tangannya. Secara umum, faktor penyebab kidal pada anak adalah karena otak kanannya jauh lebih unggul dibandingkan otak kirinya.
Kidal ini menjadi sebuah permasalahan anak usia dini ketika ia harus menggunakan beberapa benda yang biasanya didesain hanya untuk mereka yang dominan tangan kanannya. Contohnya adalah gunting, alat musik seperti gitar, atau bahkan ketika belajar menulis menggunakan pulpen.
Meskipun begitu, jika buah hati Anda tengah makan atau melakukan sesuatu menggunakan tangan kiri, jangan langsung memaksanya untuk mengganti menjadi tangan kanan. Karena hal tersebut bisa membuat si kecil mengalami gangguan berbicara. Kenapa bisa begitu?
Berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (French National Center for Scientific Research atau Centre National de la Recherche Scientifique, CNRS), bagian otak yang mengendalikan keterampilan berbicara sama dengan yang menggendalikan penggunaan tangan. Jika buah hati Anda dipaksakan untuk melakukan aktivitas yang berlawanan dengan pilihan alaminya, hal tersebut bisa menyebabkan si kecil menjadi frustasi dan menimbulkan banyak masalah lain dalam perkembangannya.
Baca juga: Bingung Memikirkan Bagaimana Cara Mendidik Anak yang Baik? Yuk, Simak Metodenya di Sini
2. Masalah Psiko-Sosial
Perkembangan psikis dan sosial buah hati erat hubungannya dengan perkembangan jati dirinya. Namun, karena buah hati masih kecil, masalah psikis dan sosial yang muncul biasanya tidak akan berlangsung secara permanen.
Permasalahan anak usia dini tersebut bersifat sementara karena si kecil masih dalam masa memiliki sifat egosentris. Masalah tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, tapi juga bisa berasal dari dirinya sendiri. Beberapa di antaranya adalah:
a. Gangguan Konsentrasi
Konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu. Tujuannya adalah agar pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dalam batas waktu tertentu.
Kemampuan seorang anak dalam berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya. Rentang perhatiannya dalam menerima informasi pun berbeda pula. Biasanya, rentang perhatiannya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, dan kesulitan si kecil dalam melakukan sesuatu.
Yang dimaksud dengan gangguan konsentrasi di sini adalah ketika buah hati tidak bisa fokus dalam memperhatikan sesuatu atau perhatiannya terpecah. Sehingga, ia tidak bisa menuntaskan pekerjaan apapun karena perhatiannya cepat berubah. Beberapa tanda adanya permasalahan anak usia dini ini adalah:
- Bayi mudah bosan dengan mainan yang dipegangnya.
- Sering bingung atau melamun.
- Kakinya sering digoyangkan dan bergerak ketika duduk atau rebahan.
- Bila mewarnai gambar terburu-buru dan tidak rapi.
- Ketika mempelajari sesuatu yang dianggapnya sulit, langsung beralasan sudah bisa atau capek.
- Kalau antri terlalu lama sering merasa gelisah.
b. Bakat
Dr. Joseph S. Renzulli, seorang guru besar dalam bidang pendidikan anak berbakat dari Amerika, menyebutkan ada beberapa indikasi untuk menunjukkan anak yang berbakat. Di antaranya adalah IQ di atas rata-rata, kreativitas tinggi, dan motivasi juga komitmen menyelesaikan tugas yang baik. Renzulli juga menambahkan kalau potensi tersebut tidak akan terwujud tanpa dukungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Namun, jika tidak diarahkan dengan benar, keberbakatan ini bisa menjadi sebuah masalah tidak hanya bagi si kecil tapi juga bagi pendidiknya. Beberapa karakter anak berbakat yang menyebabkan kerentanan adalah perfeksionisme, kepekaan yang cukup tinggi, dan kurangnya keterampilan sosial.
Seorang anak yang berbakat biasanya memiliki dorongan untuk mencapai kesempurnaan. Biasanya, ia hanya memilih melakukan hal-hal yang diyakini pasti berhasil. Belum lagi kritiknya terhadap diri sendiri yang berlebih dan tidak realistis membuatnya sering merasa tidak mampu.
Beberapa anak berbakat juga sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, sehingga ia pun lebih banyak menyendiri. Ada juga anak berbakat yang populer dan menjadi pemimpin sehingga mengarah pada kecenderungan untuk mendominasi kelompoknya. Tanpa pengarahan yang tepat pada si kecil, bakatnya sebagai pemimpin itu tidak akan berkembang dengan baik.
Selain internal, ada juga masalah eksternal yang bisa menyulitkan anak berbakat, seperti isolasi sosial, harapan yang tidak realistis, dan tidak tersedianya pendidikan yang sesuai. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan anak berbakat menyebabkan bakatnya tidak terasah secara maksimal. Belum lagi adanya orang-orang yang menunjukkan sentimen dan penolakan karena kurang memahami si kecil.
c. Gangguan Kecerdasan
Kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran seseorang yang mencakup sejumlah kemampuan. Di antaranya adalah kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan mempelajari sesuatu. Masing-masing anak terlahir dengan tingkat kecerdasannya masing-masing.
Beberapa anak memiliki intelegensi tinggi sehingga memiliki kecepatan dalam mengerjakan sesuatu dan memiliki daya tangkap juga daya ingat yang baik. Sementara anak lain merasa kesulitan dalam mengingat dan menangkap suatu pelajaran atau informasi yang diterimanya.
Ketika buah hati menunjukkan tanda-tanda kesulitan tersebut, itu artinya ia memiliki gangguan kecerdasan. Jika tidak segera diatasi, nantinya bisa menghambat proses mempelajari hal baru pada masa tumbuh kembangnya.
Penyebab dari gangguan kecerdasan tersebut tidak hanya dikarenakan faktor genetik, tapi juga beberapa hal lain. Di antaranya adalah kurang tidur, kurangnya gizi dalam makanan, dan penyakit tiroid.
d. Masalah Emosi
Permasalahan anak usia dini yang satu ini tidak bisa dianggap sepele karena jika tidak segera diatasi bisa mengganggu kesehatan dan sosialnya. Beberapa gangguannya adalah risiko penyakit jantung atau darah tinggi, juga gangguan emosi negatif seperti rasa sedih dan takut yang berlebihan.
Ada empat macam klasifikasi gangguan emosi anak yang bisa terjadi. Di antaranya adalah:
- Ketidakmampuan menunjukkan tingkah laku yang tepat pada situasi tertentu.
- Ketidakmampuan dalam membangun hubungan pertemanan dengan teman seusianya.
- Mudah merasa sedih atau cemas hanya karena alasan kecil.
- Memiliki gejala tertentu saat menghadapi masalah, contohnya adalah takut dan panik ketika bertemu dengan orang yang memiliki kumis atau berewok.
Dari keempat klasifikasi tersebut, selanjutnya bisa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Tingkatannya dibedakan berdasarkan tindakan yang dilakukan si kecil ketika suatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginannya.
Gangguan emosi ringan biasanya tidak mudah terdeteksi karena orangtua menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang wajar dimiliki si kecil. Contohnya adalah ketika buah hati berusia 4 tahun lalu menolak berbagi mainan dengan temannya, bahkan marah jika ada yang memegang mainan tersebut. Padahal, berdasar tahap perkembangan emosinya, anak yang berusia 4 tahun seharusnya sudah mulai memahami konsep berbagi dan bermain bersama.
Tingkatan yang sedang akan terlihat ketika si kecil bertindak lebih jauh dari situasi di atas, seperti marah dan menyakiti teman yang mau meminjam mainannya.
Gangguan emosi disebut berat ketika buah hati mengamuk diikuti dengan tindakan menyakiti dirinya sendiri. Atau, ketika si kecil merasa takut atau khawatir, ia langsung pucat, menjerit, dan mengeluarkan keringat dingin.
e. Berbohong
Pada dasarnya, seorang anak melakukan kebohongan dengan alasan yang berbeda-beda, tidak ada bedanya dengan ketika orang dewasa berbohong. Beberapa di antaranya adalah menghindari hukuman, mengelak dari tanggung jawab, atau ingin dipuji. Bahkan, pada anak usia dini, adakalanya mereka berbohong dengan alasan yang bersifat kekanak-kanakan, seperti menguji kemampuan menghindar dari amarah kedua orangtuanya, sekedar berimajinasi, atau memang karena suka mengarang cerita.
Apa pun penyebabnya, dampak yang ditimbulkan dari perilaku berbohong ini bisa berefek dalam jangka panjang. Dampak terburuknya adalah si kecil akan terbiasa melakukan kebohongan dan mengganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dan benar.
Yang lebih buruk lagi, kebohongan tersebut akan berdampak pula pada sikap dan karakternya di kemudian hari. Ketika suatu hari ia melakukan kesalahan, ia pun akan berusaha memungkiri dan menyelewengkan tanggung jawabnya.
Ketika buah hati berbohong, Anda jangan langsung berusaha memojokkan si kecil untuk mengakui kebohongannya. Akan jauh lebih baik jika Anda melakukan pendekatan dengan cara yang bersahabat, mencari tahu penyebabnya melakukan kebohongan, dan jika ingin menghukumnya gunakanlah hukuman yang mendidik.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Anak Nakal Agar Menjadi Patuh?
Permasalahan Eksternal Anak Usia Dini
Selain masalah internal dari diri si kecil sendiri, ada juga beberapa permasalahan anak usia dini yang muncul akibat lingkungan sekitarnya. Beberapa di antaranya adalah:
1. Keinginan yang Tidak Terpenuhi
Pada umumnya, ketika seorang anak memiliki keinginan yang tidak terpenuhi, ia akan menunjukkan perilaku yang merusak, membanting, dan melemparkan barang-barang di sekitarnya. Terkadang pada beberapa kasus, ia tidak akan berhenti bahkan setelah keinginannya terpenuhi. Kalau seperti itu, tandanya buah hati mendapatkan kesenangan ketika memecahkan atau menghancurkan mainannya menjadi bagian-bagian kecil.
Biasanya, beberapa orangtua akan membiarkan perilaku merusak ini karena mengira buah hatinya masih terlalu kecil. Padahal, jika dibiarkan secara terus menerus hal ini akan mengganggu kehidupan sosialnya. Khususnya ketika ia mulai merusak mainan atau benda miliki orang lain.
Penyebab perilaku merusak ini bisa diakibatkan karena adanya amarah yang terpendam dan kekecewaan. Selain itu, bisa jadi karena kurangnya perhatian yang diberikan kedua orangtuanya, sehingga ia berusaha mencari-cari perhatian tersebut.
2. Kesalahan Pola Asuh
Pola asuh anak menjadi bagian penting yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua. Karena jika ada kesalahan dalam pola asuh seperti menggunakan kekerasan, otoriter, atau terlalu sering dilarang, nantinya bisa berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati.
Salah satu dampaknya adalah si kecil menunjukkan sikap permusuhan, amarah, dan tindakan melukai orang lain baik secara fisik atau verbal. Hal tersebut biasanya ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu berupa pembelaan diri atau meraih keunggulan dengan membuat lawannya merasa tidak berdaya.
Sasarannya bisa diarahkan pada pendidik, teman, atau bahkan benda mati. Cara pelampiasannya tidak hanya dengan menendang atau memukul, tapi juga bisa mengganggu proses belajar atau kegiatan lain yang sedang berlangsung.
3. Ruang Lingkup Pergaulan Terbatas
Beberapa orangtua terkadang kurang memberi kesempatan pada putra dan putrinya untuk mengenal lingkungan dan pertemanan selain di rumah dan sekolah. Biasanya, hal tersebut dilakukan karena beberapa alasan tertentu seperti kekhawatiran diganggu temannya atau ikut-ikutan temannya yang bandel.
Sayangnya, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, nantinya bisa membuat si kecil menjadi lebih menarik diri dari lingkungannya. Efek jangka panjangnya bisa membuat buah hati menjadi sulit bergaul, pasif, kurang percaya diri, dan kurang mandiri. Padahal jika anak usia dini dibiarkan berksplorasi dan bersosialisasi dengan anak sebayanya, hal tersebut bisa membantunya beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Tekanan dari Orang Sekitar
Seorang anak bukanlah orang dewasa yang bisa dipaksa atau mudah melakukan sesuatu karena terpaksa. Ia juga bukanlah sebuah robot yang bisa dengan mudah mengikuti semua keinginan kedua orangtuanya. Sayangnya, ada beberapa orangtua yang berpikiran bahwa memaksakan dan menekan buah hatinya bisa memberikan efek yang baik.
Padahal jika seorang anak terus menerus mendapatkan tekanan dan paksaan, nantinya bisa membuat buah hati menjadi depresi, sensitif, mudah ragu-ragu, murung, dan akhirnya kesulitan bergaul dengan sekitarnya. Sifat tersebut jika dibiarkan secara terus menerus bisa menjadi masalah yang cukup serius dan menghambat perkembangan si kecil. Khususnya dalam pergaulan, pertumbuhan, ego, dan penyesuaian diri.
5. Aturan Rumah Terlalu Keras atau Longgar
Didikan keluarga adalah suatu hal yang penting dalam hidup seorang anak. Karena aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter si kecil untuk menjalani hidup ke depannya. Jika didikannya baik maka buah hati pun kemungkinan besar akan tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Sayangnya, beberapa orangtua memilih untuk mendidik anaknya dengan keras, seperti membentak, memukul, meneriaki, mencubit, mencambuk, menendang, menampar, dan lain sebagainya. Para orangtua tersebut beranggapan bahwa mendidik anak dengan cara keras inilah maka seorang anak akan lebih mudah menurut dan disiplin. Padahal, kenyataannya belum tentu seperti itu.
Ketika seorang anak merasa terlalu dikekang akibat aturan yang terlalu keras, adakalanya ia pun akan berusaha memberontak dan membangkang. Di mana, mereka mungkin terlihat seperti menurut di hadapan orangtuanya, tapi akan melakukan apapun sesuka mereka selama tidak ketahuan.
Namun, tidak berarti aturan rumah yang terlalu longgar adalah hal yang baik. Karena jika anak usia dini dibebaskan begitu saja bisa menjadikannya kurang peka terhadap mana yang benar dan mana yang salah.
6. Terlalu Dimanjakan
Sudah sewajarnya jika orangtua ingin memberikan dan menyediakan segala sesuatu untuk menyenangkan buah hatinya. Namun, jika hal tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak benar-benar dikontrol, nantinya ia pun menjadi seorang anak yang manja.
Berdasarkan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si., anak manja adalah anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebih dari lingkungan sekelilingnya. Kemudian, hal itu diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala kemauannya.
Ketika buah hati terlalu dimanjakan, ia pun akan cenderung berada di zona nyaman yang lama-lama membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki kecakapan sosial. Hal ini dikarenakan ia cenderung tidak diharuskan untuk memikirkan pemecahan bagi permasalahannya. Sehingga kemampuannya menghadapi masalah pun lebih rendah dibandingkan anak lainnya yang sudah dilatih mandiri.
Ketidakmampuan tersebut bisa berlanjut hingga ia dewasa, di mana ia akan terbiasa bergantung pada kedua orangtuanya. Tak hanya itu, ia pun akan menjadi seseorang yang keras kepala, egois, sulit dewasa, dan kurang bisa mandiri.
Baca juga: Sudah Tahukah Anda tentang Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Susah Makan Berikut Ini?
Cara Menangani Permasalahan Anak Usia Dini
Pada hakikatnya, penanganan permasalahan perkembangan anak usia dini itu tidak ada yang benar-benar ideal dan sudah pasti efektif. Karena bagaimanapun, Anda harus memperhatikan karakter si kecil dan jenis masalahnya. Di antara cara yang bisa Anda lakukan adalah:
1. Mencari Akar Permasalahan
Langkah awal dalam usaha menangani permasalahan anak usia dini adalah dengan mencari akar masalahnya. Jika permasalahannya sudah diketahui, maka akan lebih mudah dicari pemecahannya.
Khususnya untuk anak usia dini yang terkadang masih belum mengetahui bagaimana cara mendeskripsikan atau mengungkapkan masalah yang tengah ia alami. Di sinilah peran orangtua hadir untuk memperhatikan dan mengarahkan agar permasalahannya bisa segera teratasi.
Dalam usaha mencari akar permasalahan tersebut, orangtua juga bisa meminta bantuan pada dokter atau psikiater anak. Terutama jika masalahnya tidak bisa terlihat langsung. Jika masalah tersebut bermula di sekolah, jangan ragu-ragu untuk bekerja sama dengan guru atau pengajar buah hati untuk mendeteksi permasalahannya.
2. Memberikan Saran dan Nasihat
Dalam menangani permasalahan anak usia dini, saran dan nasihat untuk buah hati sangat diperlukan. Khususnya jika Anda ingin mengarahkan dan menjelaskan nilai baik dan buruk pada si kecil.
Khususnya karena si kecil masih berusia dini sehingga ia masih bisa dididik dan diarahkan dengan baik. Nasihat yang diberikan kepadanya pun lebih bisa tertanam di dalam kepala.
3. Contohkan dan Ajarkan Nilai Moral yang Baik
Setiap anak adalah seorang peniru yang ulung. Setelah melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang ada di sekitarnya, ia pun akan berusaha menirukannya sebaik mungkin.
Oleh karenanya, sebagai orangtua Anda harus menjadi teladan yang baik untuk si kecil. Sehingga, ia pun akan berusaha menirukan hal-hal baik yang Anda lakukan dan menghindari masalah-masalah yang nantinya bisa muncul di kemudian hari.
Ajarkan juga nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat dengan cara menyenangkan, seperti melalui lagu atau cerita yang mudah dipahami si kecil. Jelaskan juga bagian mana yang salah dari permasalahan yang ia alami.
4. Melatif Kognitif
Yang dimaksud di sini adalah melatih aspek kognitif si kecil, yaitu kemampuan berpikirnya. Kemampuan tersebut akan menjadikan si kecil sanggup menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Salah satu caranya adalah melatihnya untuk berpikir secara kritis dan membuat keputusan sendiri. Sesudahnya, biasakan si kecil untuk melihat hasil dari keputusan yang dibuatnya. Sehingga nantinya ia bisa mulai belajar untuk mengambil keputusan berdasarkan kemampuan dan penilaian yang logis, bukan sekedar berdasarkan emosi semata.
Dengan melatih aspek kognitifnya, Ayah dan Bunda bisa mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kemampuan dan kelemahan buah hati. Sehingga ketika sebuah permasalahan muncul, orangtua bisa langsung mengatasi permasalahan anak usia dini yang mungkin terjadi.
5. Permainan
Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Melalui permainan, buah hati bisa mengembangkan berbagai aspek penting dalam hidupnya.
Beberapa aspek penting tersebut di antaranya adalah perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosio-emosional. Dengan bermain secara baik dan benar, itu bisa menjadi salah satu media untuk menstimulasi si kecil.
Di lain pihak, dengan melakukan permainan yang aktif bisa membuat si kecil menjadi lebih sehat karena banyak bergerak. Khusunya jika hal tersebut didukung dengan pengaturan pola makan yang seimbang.
6. Bantuan Profesional
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam cara. Di mana proses yang terjadi adalah konselor berusaha membantu anak untuk sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam cara. Di mana proses yang terjadi adalah dokter, konselor, atau psikiater anak berusaha membantu buah hati untuk sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.
Khususnya adalah ketika masalah yang terjadi berhubungan dengan syaraf si kecil. Karena biasanya jika berhubungan dengan masalah tersebut, seorang dokter atau psikiater akan lebih bisa mengidentifikasi masalah utamanya dan mengetahui cara menanganinya.
Konseling ini bisa dilakukan pada si kecil sejak usianya sedini mungkin. Khususnya sejak si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi karena salah satu tahapan dalam konseling ini adalah dengan cara mengobrol dan mengidentifikasi permasalahan yang ada. Sesudahnya, baru konselor bekerja sama dengan orangtua untuk tindak lanjutnya.
Baca juga: Mengenal Pendidikan Karakter untuk Buah Hati Tercinta
Sukses Menghadapi Permasalahan Anak Usia Dini pada si Kecil
Permasalahan anak usia dini memang ada bermacam-macam. Namun, tidak berarti Anda tidak bisa mengatasinya sama sekali.
Selama Anda tidak menyerah dalam mengatasinya, permasalahan tersebut bisa teratasi dan akhirnya menghilang. Khususnya karena usianya masih cukup muda. Jadi, jangan mudah menyerah, ya, Bun!