
Bunda kebingungan menghadapi perilaku si kecil yang mengidap autis? Informasi tentang cara menangani anak autis di artikel ini akan bermanfaat. Yuk, simak!
Anak autis memang perlu perhatian dan penanganan khusus dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, cara penanganannya tidak bisa disamakan dengan anak normal pada umumnya. Informasi tentang cara menangani anak autis bisa Anda simak di dalam artikel ini.
Autis adalah salah satu gangguan spektrum autisme yang membuat seseorang mengalami kesulitan berpikir, berbahasa, berperilaku, dan bersosialisasi. Oleh sebab itu, wajar bila seorang anak autis mempunyai perilaku yang berbeda daripada anak-anak lainnya.
Perilaku anak autis yang kadang berlebihan terkadang membuat Anda lelah dan akhirnya membentak si kecil. Padahal membentak bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan Bunda mengingat kondisi sang buah hati.
Maka dari itu, ada beberapa cara khusus yang sebaiknya menjadi pertimbangan Bunda dalam memerlakukan si kecil. Jika Bunda sudah ingin segera mengetahui bagaimana cara menangani anak autis yang benar, simak penjelasannya di bawah ini, ya!
Cara Menangani Anak Autis dengan Terapi
Anak autis yang perilakunya tidak bisa ditebak memang kadang menyulitkan orangtua. Padahal bila Anda tahu bagaimana cara memerlakukan anak autis yang tepat, kesulitan-kesulitan tersebut mungkin tidak akan dijumpai.
Salah satu cara menangani anak autis adalah dengan menggunakan terapi. Berikut beberapa terapi yang bisa memudahkan Bunda untuk menangani si kecil:
Analisis Terapi Perilaku Terapan
Terapi ini adalah terapi kognitif yang bisa Anda lakukan bila si buah hati terdiagnosis autisme. Tujuannya yaitu mengembangkan perilaku tertentu, seperti kemampuan bersosialisasi, komunikasi, membaca, dan kemampuan dalam bidang akademik. Terapi ini juga membantu meningkatkan kemampuan belajar adaptif, seperti ketangkasan motorik halus, kebersihan dan perawatan diri, ketepatan waktu, serta kemampuan kerja.
Penggunaan Analisis Terapi Perilaku Terapan juga direkomendasikan oleh U.S Surgeon General. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari McEachin, Smith, dan Loovas dalam jurnal Long-term Outcome for Children with Autism who Received Early Intensive Behavioral Treatment. Mereka menyebutkan bahwa anak-anak autis yang diberi terapi perilaku sejak dini memiliki IQ yang tinggi serta kemampuan belajar adaptif di atas rata-rata.
Dalam penerapannya, anak autisme akan diajari mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Bila sang buah hati berhasil mengikuti instruksi yang diberikan, maka akan diberikan pujian sebagai hadiahnya. Sementara itu, bila si kecil melakukan suatu hal yang tidak diperbolehkan, maka sang anak akan diberi pengertian bahwa apa yang dilakukannya itu salah dan tidak boleh diulangi.
Kelebihan dari menggunakan Analisis Terapi Perilaku Terapan adalah hasilnya yang efektif dan penerapannya yang aman. Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog dalam pengaplikasiannya. Terapi ini juga bisa menjadi salah satu cara menangani anak autis di rumah.
Sementara itu, kekurangan dari Analisis Terapi Perilaku Terapan adalah waktu penerapannya yang relatif lama dan membutuhkan biaya banyak. Alasannya, terapi ini setidaknya membutuhkan waktu 20 jam setiap minggu dan paling efektif diterapkan sebelum si kecil berumur empat tahun.
Baca juga: Ciri-Ciri Anak Broken Home dan Dampaknya
Terapi Okupasi
Pemberian Terapi Okupasi membantu seseorang untuk menggunakan keterampilan kognitif, fisik, sosial, dan motorik. Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang memungkinkan anak dengan autisme bisa mempraktikkannya secara mandiri.
Sebelum menerapkannya, sang anak akan dievaluasi oleh seorang terapis sampai mana kemampuannya berada. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana ia belajar, bermain, peduli pada diri sendiri, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan apa saja yang mencegah si kecil ikut berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Setelah itu, sang terapis akan menyusun beberapa strategi yang dapat membantu si kecil untuk melatih kemampuannya. Berikut beberapa strategi yang digunakan:
- Aktivitas fisik seperti menyusun puzzle yang bisa melatih anak untuk meningkatkan koordinasi dan kesadaran tubuh.
- Mengikuti sebuah permainan untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dan komunikasi.
- Melakukan aktivitas harian seperti menyisir rambut dan menggosok gigi.
- Meningkatkan kemampuan motorik seperti menulis atau memotong sesuatu dengan gunting.
Kelebihan dalam menggunakan terapi ini adalah Anda bisa menerapkannya baik di rumah maupun di sekolah. Selain itu, data dari Autism Speaks juga menyebutkan bahwa 39% orangtua merasa terapi okupasi bekerja dengan efektif untuk anak autis mereka.
Sedangkan kekurangannya adalah lamanya waktu komitmen program, ketersediaan layanan, dampak terapi kepada anggota keluarga yang lain, dan biaya yang diperlukan. Sehingga Bunda tidak bisa memaksa untuk mendapatkan hasil yang instan.
Terapi Wicara
Seperti namanya, terapi ini diperuntukkan untuk anak autis yang mengalami kesulitan berbahasa dan berkomunikasi. Sehingga tujuan utama dari terapi ini adalah untuk mengajari anak autis agar bisa bicara dengan cara yang mudah dimengerti.
Terapi ini diawali dengan evaluasi yang dilakukan oleh seorang ahli patologi bahasa dan wicara atau speech-language phatologist (SLP) untuk menilai kelebihan dan kekurangan cara berkomunikasi seorang anak autis. Alasannya, setiap anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi yang berbeda-beda. Ada yang suka bicara tapi sulit mempertahankan percakapan, susah mengerti bahasa tubuh, bahkan ada yang tidak bisa bicara sama sekali.
Setelah evaluasi selesai, SLP akan menentukan bagaimana caranya untuk meningkatkan kemampuan bicara sang anak. Saat program terapi, SLP akan melakukan hal-hal berikut ini:
- Mengajari cara membuat bunyi ujaran yang jelas.
- Memberi tahu bagaimana menggunakan ekspresi wajah atau bahasa tubuh yang benar.
- Mengajari modifikasi nada suara.
- Memberi tahu bagaimana menjawab pertanyaan.
Bila si kecil merasa kesulitan untuk berbicara, ada cara lain yang bisa digunakan, yakni Augmentatif and Alternative Communication (AAC). Metode ini menggunakan gambar, bahasa isyarat, dan perangkat yang bisa mengeluarkan suara.
Manfaat dari terapi ini adalah si kecil dapat berkomunikasi dan mengekspresikan pendapatnya dengan lebih jelas. Selain itu, keefektifan terapi ini juga tidak kalah dengan Analisis Terapi Perilaku Terapan dan Terapi Okupasi.
Sebaliknya, kekurangan dari terapi ini adalah harus dijalani oleh sang anak dan orangtua. Karena waktu pelaksaan terapi yang relatif lama dan dilakukan di mana pun si kecil berada, komitmen yang dimiliki orangtua sangatlah penting. Maka dari itu, Anda tidak boleh setengah-setengah saat melakukan Terapi Wicara.
Selanjutnya, tidak semua yang telah mengikuti terapi wicara untuk anak autis ini gaya bicaranya bisa mudah dimengerti. Maka dari itu, sejak awal orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan SLP agar objektif yang diinginkan juga realistis.
Terakhir, biaya yang diperlukan untuk menjalani terapi ini juga tidak sedikit. Adanya asuransi kesehatan pun tidak menjamin akan menutupi biaya keseluruhan program terapi yang akan dibutuhkan oleh anak Anda.
Intervensi Pengembangan Hubungan
Relationship Development Intervention (RDI) adalah terapi berbasis keluarga yang bertujuan untuk membangun keterampilan emosional dan sosial anak autis. Jadi, orangtua akan dilatih tentang program RDI oleh tenaga medis terlebih dahulu sebelum akhirnya berperan sebagai terapis utama.
Hal pertama yang dilakukan dalam terapi ini adalah membantu si buah hati untuk membangun koneksi dengan orangtua dan anggota keluarga yang lainnya. Maka dari itu, peran orangtua dalam program terapi ini menjadi kunci kesuksesan utama.
Selama melakukan terapi ini, orangtua sebaiknya mengetahui enam objektif yang mesti dicapai:
- Referensi emotional (kemampuan untuk belajar dari pengalaman emosional orang lain).
- Koordinasi sosial (kemampuan untuk observasi dan kontrol perilaku agar bisa berpartisipasi dalam hubungan sosial).
- Bahasa deklaratif (dapat menguasai komunikasi verbal dan non-verbal untuk mengekspresikan rasa penasaran dan interaksi dengan orang lain).
- Berpikir fleksibel (dapat beradaptasi di segala macam situasi).
- Pengolahan informasi rasional (dapat menempatkan sesuatu dalam konteks dan memecahkan masalah).
- Tinjauan ke masa depan dan masa lalu (kemampuan untuk berpikir tentang pengalaman yang lalu dan mengantisipasi kemungkinan di masa depan).
Kelebihan yang dimiliki terapi ini adalah hubungan antara orangtua dengan sang anak akan semakin dekat. Selain itu, orangtua juga bisa mengamati secara langsung perkembangan yang dialami si kecil.
Sementara itu, kekurangan dari terapi RDI adalah Anda sebagai orangtua harus sabar dan siap meluangkan waktu untuk terapi si kecil. Bukan hanya itu saja, belum banyaknya hasil penelitian yang menunjukkan program RDI efektif juga menjadi alasan kenapa terapi ini masih minim yang melakukannya.
Baca juga: Mengenal dan Mengatasi Tantrum pada Buah Hati Anda
Cara Menangani Anak Autis dengan Penanganan Alternatif
Bila Anda mungkin masih keberatan untuk mencoba terapi-terapi yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa cara menangani anak autis lainnya yang bisa dipertimbangkan. Berikut ini penangan alternatif yang disarankan oleh tenaga medis:
Terapi Pijat
Menurut Dr. Sulistyawati Hoedijono, M.A Akp, terapi pijat atau dalam bahasa kedokterannya massotherapy yang diterapkan pada anak autis akan membantu melancarkan peredaran darah. Jika peredaran darah si kecil lancar, maka pendistribusian oksigen dan nutrisi juga tidak akan mengalami hambatan. Selain itu, racun yang ada dalam tubuh juga tidak akan mengendap dan menimbulkan penyakit.
Fokus pemijatan untuk anak autis terletak di beberapa titik bagian kepala, seperti ubun-ubun, tengkuk di bagian leher, pangkal tulang kepala, dan area puncak samping kepala bersambung ke arah telinga. Pijatan di area ini dapat merangsang sistem saraf, meningkatkan konsentrasi, dan menenangkan si kecil.
Kelebihan dari terapi ini adalah Anda tidak memerlukan banyak biaya. Akan tetapi, minimnya penelitian yang menunjukkan keberhasilan terapi pijat menjadi kekurangannya.
Diet Glutein dan Kasein
Umumnya, anak yang terdiagnosis autisme sering mengalami gangguan dalam mencerna protein gluten dan kasein. Hal itu disebabkan karena kedua protein tersebut mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang sukar dipecah secara sempurna menjadi asam amino tunggal dalam sistem pencernaan anak autis.
Asam amino yang pemecahannya tidak sempurna tersebut akan menjadi peptida yang keberadaannya dalam tubuh dapat mempengaruhi kinerja saraf. Maka dari itu, emosi, perilaku, dan sensitivitas anak autis tidak bisa stabil.
Untuk mengurangi konsumsi protein kasein dan gluten, sebaiknya Bunda memberikan sumber protein hewani dan nabati dari makanan pengganti. Misalnya, protein hewani bisa Anda dapatkan dari daging ikan dan ayam. Sedangkan untuk protein nabati, Anda bisa memberikan makanan olahan dari kedelai seperti tempe dan tahu.
Bila si kecil hobi minum susu sapi yang mengandung kasein, sebaiknya diganti menjadi susu kacang kedelai atau kacang hijau. Pemberian makanan olahan susu lainnya, seperti keju, es krim, dan yoghurt juga sebaiknya dihindari.
Selain itu, dianjurkan kepada orangtua untuk membatasi pemberian buah-buahan, terutama apel, jeruk, melon, stroberi, dan anggur. Buah-buah tersebut mengandung kadar gula tinggi yang nantinya akan membuat si kecil menjadi bertambah aktif. Sebagai alternatif, Anda bisa memberikan buah pengganti seperti pepaya atau pisang.
Baca juga: Mengenal Pendidikan Karakter untuk Buah Hati Tercinta
Cara Menangani Anak Autis yang Benar akan Menyelamatkan Anak Anda
Menangani anak autis memang terkadang membuat orangtua menjadi lelah, sedih, bahkan frustrasi. Akan tetapi, bila Anda sebagai orangtua bisa melakukan cara menangani anak autis yang tepat, maka hal itu akan menyelamatkan masa depan si buah hati. Kebahagiaan yang Anda rasakan juga tidak akan terkira melihat si kecil yang berhasil sedikit demi sedikit dapat mengatasi autismenya.
Autisme memang belum bisa disembuhkan secara total, tetapi harapan Anda untuk si buah hati agar tumbuh seperti anak-anak yang lain janganlah sampai padam. Tetap semangat ya, Bun!