
Cara mengatasi anak tantrum dengan kekerasan bukanlah langkah yang tepat. Lantas apa yang harus Bunda lakukan? Simak cara penanganannya di artikel berikut.
Tantrum adalah bentuk luapan kemarahan berlebihan yang sering terjadi saat anak sedang tertekan. Ledakan kemarahan tersebut dapat ditandai dengan sikap keras kepala, tangisan, jeritan, bahkan sampai memicu tindak kekerasan oleh si kecil. Dalam kondisi itu, membalas tindakan agresif si kecil dengan perlakuan kasar bukanlah cara mengatasi anak tantrum yang tepat.
Lantas, apa yang dapat Bunda lakukan ketika anak mengalami tantrum? Pertama-tama, Bunda harus mengenali penyebabnya yang bisa saja dikarenakan keinginan sang buah hati tidak terpenuhi atau marah mendengar dirinya diejek.
Umumnya, kondisi emosional itu terjadi pada anak yang tidak dapat menyampaikan perasaannya secara verbal. Maka biasanya, tantrum banyak dialami anak-anak balita berusia 12 sampai 18 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 2 tahun karena kemampuannya untuk berkomunikasi masih terbatas. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan anak yang sudah berusia di atas 2 tahun masih akan mengalami tantrum jika kurang bisa mengekspresikan perasaannya.
Setelah mengetahui penyebab tantrum, Bunda dapat mencari cara menanganinya dengan tepat seperti yang diuraikan dalam artikel ini. Bukan hanya cara mengatasi anak tantrum, artikel ini juga membahas sekilas tentang langkah pencegahan agar perilaku agresif si kecil ketika sedang marah atau rewel dapat dihindari.
Tanpa perlu basa-basi lagi, Bunda bisa langsung menyimak penjelasan cara mengatasi anak tantrum dan langkah pencegahannya di bawah ini.
Cara Cerdas Menghadapi Anak Tantrum
Saat anak sedang tantrum, orang tua tidak hanya perlu menanganinya, tetapi penting pula mengedukasi si kecil tentang bagaimana sebaiknya ia mengekspresikan perasaannya. Tentu saja nasihat tersebut Bunda berikan setelah anak berhenti tantrum.
Namun sebelum menjelaskan hal itu, buat buah hati Bunda tenang terlebih dulu dengan melakukan cara-cara cerdas dan mudah menghadapi anak tantrum seperti yang PosBunda rangkumkan dari berbagai sumber dalam penjelasan berikut. Simak, ya, Bunda!
1. Tetap Bersikap Tenang
Cara pertama menghadapi anak yang menunjukkan ciri-ciri tantrum, seperti menangis, melemparkan barang, menyakiti diri sendiri, dan perilaku agresif lainnya adalah menyikapinya dengan tenang. Menangani tantrum pada anak tidak bisa berjalan dengan baik jika Bunda ikut terbawa emosi.
Ketika anak sedang kehilangan kendali, penting bagi mereka untuk melihat orang tuanya tetap tenang. Apalagi jika tantrumnya muncul ketika Bunda dan buah hati sedang menghadiri acara keluarga, misalnya. Di tengah suasana yang ramai bersama keluarga besar, Bunda tidak boleh panik dan terpancing untuk marah. Menjauhkan si kecil dari keramaian mungkin dapat meredakan emosinya lebih cepat.
2. Jangan Membentak
Setelah berhasil bersikap tenang, bukan tidak mungkin sebagai orang tua Bunda tidak merasa kesal mengingat tantrum bisa saja berlangsung lama. Teriakan si kecil bisa juga bertambah keras, tangisannya semakin tak terkendali, dan Bunda makin kesulitan menenangkannya. Namun, membalas teriakannya dengan membentak bukanlah tindakan yang tepat.
Cara mengatasi anak tantrum ibarat hendak memadamkan bara api. Api tidak bisa dimatikan dengan api, tetapi gunakanlah air. Bunda harus bersabar karena membentaknya justru akan membuat tantrum bertahan lebih lama. Bisa-bisa usaha menenangkannya malah gagal, loh, Bun.
3. Jangan Memukul Anak
Meskipun tidak sedang dalam kondisi tantrum, memukul anak kecil merupakan tindakan yang sebaiknya dihindari. Untuk itu, Bunda harus mengendalikan diri agar jangan sampai memukul si kecil. Memukulnya hanya akan memperburuk keadaan dan mungkin malah menjadikan tantrum selanjutnya semakin parah.
Sama seperti dua cara menghadapi tantrum yang dijelaskan sebelumnya, lebih baik jika Bunda tidak memperlakukan anak seperti apa yang ia perbuat saat terjadi tantrum. Singkatnya jika anak berteriak dan membanting barang, Bunda tidak harus berbalik memarahinya, apalagi sampai merusak perabot rumah tangga.
4. Jangan Memberinya Penjelasan
Anak-anak yang sedang tantrum tidak akan menjadi pendengar yang baik. Karena itu, jangan mencoba menenangkan anak tantrum dengan memberinya penjelasan bahwa apa yang dilakukannya tidak baik. Jangan pula menanyakan kenapa ia marah atau apa yang diinginkan sampai ia mengamuk.
Dalam kondisi itu, ketika Bunda berusaha mengajaknya bicara, boleh jadi kemarahannya akan semakin meledak-ledak karena ia merasa terganggu. Hal ini bisa jadi juga akan membuat tantrum berlangsung semakin lama.
5. Abaikan Tantrumnya
Cara mengatasi anak tantrum dengan mengabaikan atau tidak mempedulikan kondisi tersebut bisa jadi merupakan kiat penanganan yang tepat. Daripada Bunda jadi tidak sabar, ingin marah-marah dan membentaknya, lebih baik berpura-puralah tidak terjadi apa-apa.
Hal tersebut mungkin sulit dilakukan. Namun, bila kehadiran Bunda di dekatnya memang tidak membuat kondisinya membaik, tidak ada cara lain selain membiarkan tantrum mereda dengan sendirinya. Cukup awasi dari jauh untuk berjaga-jaga kalau-kalau ia melakukan tindakan yang membahayakan dan harus segera dihentikan.
6. Tunjukkan Kasih Sayang pada Anak
Meski anak sedang rewel, sebagai orang tua, Bunda sebaiknya tetap menunjukkan kasih sayang padanya. Dengan tidak menggunakan cara “kekerasan” dalam menghadapi tantrum si kecil, ia akan merasakan kasih sayang yang Bunda berikan.
Bukan sekadar menunjukkan rasa cinta, memperlakukan anak Bunda dengan penuh respek bahkan saat mereka marah sekalipun dapat secara tidak langsung mengajarkannya cara menghormati orang lain. Sikap seperti ini juga penting diajarkan dan diterapkan sejak dini, ya, Bun.
7. Alihkan Perhatian Anak
Mengalihkan perhatian anak bisa jadi trik yang efektif dalam mengendalikan dan menangani tantrum. Anak sangat mudah melupakan sesuatu dan tertarik dengan hal baru. Begitu terlihat gejala anak mulai rewel, mengalihkan perhatiannya bisa mencegah atau mungkin justru membuatnya lupa jika kemarahannya akan meledak.
Misalnya, Bunda dapat memberikannya mainan yang sudah lama tidak dimainkan atau menawarkan hal menarik lainnya yang mungkin disukai meski berkebalikan dengan keinginan anak. Bisa juga dengan cara mengajaknya bermain di luar rumah atau memintanya membantu memasak. Buat saja seolah-olah ia tidak sedang tantrum dan Bunda tidak sedang memarahinya sehingga ia melupakan emosinya saat itu.
8. Bicarakan Kemarahan Bunda dengan Anak
Cara mengatasi anak tantrum berikutnya berkaitan dengan bagaimana Bunda menghadapi si kecil setelah kemarahannya mereda. Saat ia sudah tenang, Bunda bisa mulai mengajaknya berkomunikasi tentang perasaannya dan apa yang kira-kira membuatnya kesal sampai mengamuk. Ingat untuk tetap berbicara dengan nada pelan dan lembut.
Selain itu, katakan pula padanya bahwa Bunda tidak menyukai sikapnya dan akan menjauh darinya bila ia tantrum. Jika ia mengerti, berikan pelukan agar si kecil tahu Bunda sangat menyayanginya. Dengan membicarakan tentang kemarahan Bunda pada anak, harapannya di masa depan tantrum dapat dihindari dan lebih mudah diatasi.
9. Jangan Menghukum Anak
Dari cara-cara mengatasi anak tantrum di atas, yang paling penting adalah Bunda tidak perlu menghukum anak. Kondisi luapan emosinya sebelumnya sudah cukup membuat si kecil kelelahan, jangan ditambah lagi. Ingat, terus tunjukkan respek sekaligus kasih sayang pada anak Bunda.
Jika anak dihukum atas kesalahannya, apalagi disebabkan karena tantrum, ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi di masa depan. Pertama, mungkin tantrumnya mendatang akan lebih parah jika kembali terjadi. Kedua, ia akan tumbuh menjadi seorang anak yang penakut dan tidak mampu mengekspresikan dirinya dengan baik.
10. Lakukan dengan Aman
Penting bagi Bunda untuk mempraktikkan cara mengatasi anak tantrum dengan aman. Bagaimana cara yang aman itu? Misalnya Bunda mengabaikan kondisi tantrum dan memutuskan meninggalkan anak sendirian di sebuah ruangan, jangan kunci ruangan tersebut.
Mengunci ruangan tidak hanya akan membuat tantrum anak semakin parah. Hal ini mungkin juga akan membuat Bunda kesulitan menyelamatkan si kecil kalau-kalau ia melakukan tindakan-tindakan berbahaya di ruangan tersebut. Lebih dari itu, siapa tahu dengan tetap mengawasinya dari jauh dan membiarkan pintu terbuka, ia akan mendatangi Bunda dan meminta maaf atas perilakunya.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Selain cara-cara mengatasi anak tantrum di atas, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat Anda lakukan sebelum anak-anak mulai rewel. Salah satunya dengan membiasakan anak-anak melakukan kegiatan positif sejak dini, melatihnya mengungkapkan perasaan menggunakan kata-kata (terutama saat anak sudah belajar bicara), dan selalu menjadi orang tua yang memberikan contoh baik untuk anak.
Untuk lebih jelasnya, lanjutkan membaca dan simak uraian berikut dengan seksama. Seperti apa, sih, langkah mencegah terjadinya tantrum itu?
1. Membangun Rutinitas Positif
Tindakan pencegahan pertama yang dibahas dalam artikel cara mengatasi anak tantrum ini, yaitu dengan membangun rutinitas positif untuk dilakukan si kecil. Arahkan ia pada kebiasaan baik yang sekiranya tidak membuat mood-nya berubah-ubah.
Misalnya, Anda bisa mulai mengajarinya berhitung, bernyanyi lagu anak-anak, mengajaknya bermain di luar rumah, dan lain sebagainya. Atau tidak ada salahnya Bunda bertingkah konyol di depan si kecil untuk membuatnya senang. Akan lebih baik membiarkannya tertidur karena lelah tertawa daripada kelelahan akibat tantrum. Setuju, kan, Bunda?
2. Ajari Anak Menyampaikan Perasaan Lewat Kata-Kata
Cara yang satu ini bisa Bunda lakukan ketika anak sudah belajar bicara. Ajari mereka kata-kata yang mewakili emosi ketika sedang tidak puas akan sesuatu, seperti apa yang sebaiknya diucapkan untuk menolak, merasa kecewa, sedih, marah, lelah, tersinggung, dan sebagainya.
Ketika anak mengeluh dan mulai cemberut, misalnya. Jika kebetulan Bunda tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang diberikan padanya, tuntun ia untuk mengatakan, “Adek tidak suka ini” atau “Adek mau yang lain”.
Kelihatannya sederhana, ya, Bun? Tetapi ini bisa sangat sulit kalau si kecil menolak mengatakan apa yang Bunda ajarkan. Meski begitu, Bunda tidak boleh menyerah sampai ia bersedia melakukannya. Dengan begitu, lain kali ia akan dapat menyampaikan perasaannya sehingga tantrum menjadi lebih mudah dihindari.
Baca juga: Kumpulan Lagu Anak Anak Indonesia Terpopuler Untuk Buah Hati Tercinta
3. Beri Anak Pilihan
Hindari kata “tidak” jika ingin menolak permintaan si kecil. Ketimbang menidakkan, Bunda hendaknya bersikap lebih bijak dengan mengizinkan anak memilih. Contoh kasus, ia meminta mobil-mobilan tetapi Bunda melarang dan ingin memberikan si kecil sepatu.
Dalam situasi itu, alih-alih menolak permintaan anak yang mungkin akan membuatnya rewel, sebaiknya Bunda menawarkan pilihan. Katakan padanya, “Adek mau mobil-mobilan atau sepatu baru?”
Jika ia tetap ingin mobil-mobilan, jelaskan pada anak bahwa akan ada konsekuensi atas pilihannya tersebut. Misalnya, ia tidak akan mendapat sepatu baru atau sesuatu yang lain kalau suatu saat meminta.
4. Jadilah Contoh yang Baik
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kiranya pepatah ini dapat mewakili pembahasan berikutnya mengenai langkah pencegahan tantrum pada anak. Apabila anak sering menyaksikan orang tuanya marah, kemungkinan besar ia juga akan kerap meluapkan emosinya dengan marah.
Oleh sebab itu, tunjukkan pada anak perilaku-perilaku yang baik agar mereka meneladaninya. Perlihatkan seperti apa cara mengendalikan diri saat marah dan bagaimana bersikap sabar. Biarkan anak-anak belajar dari apa yang Bunda contohkan dari perlakuan Bunda padanya sehari-hari.
5. Apresiasi Perbuatan Baik Si Kecil
Selanjutnya adalah mengapresiasi perbuatan baik yang dilakukan si kecil. Apa hubungannya dengan tantrum? Bunda, anak-anak biasanya rewel karena tidak diperhatikan. Salah satu bentuk perhatian itu bisa jadi dengan memujinya ketika ia melakukan sesuatu yang terpuji.
Contoh, si kecil biasanya membiarkan mainannya berantakan di lantai, tapi suatu ketika ia membereskannya sendiri. Berikan ia pujian dan ucapkan terima kasih karena tidak membuat Bunda kerepotan membereskan “kekacauan” yang diciptakannya.
Lebih dari itu, katakan pula bahwa sikap terpujinya membuat Bunda terkesan. Dengan demikian, ia akan lebih sering berbuat baik dan mungkin bisa mengurangi tantrumnya mengingat perbuatan positifnya telah mendapatkan apresiasi dari Bunda.
Baca juga: Film Anak Anak Terbaik Yang Wajib Ditonton
6. Hindari Memberikan Junk Food
Wyeth Nutrition menyebutkan bahwa makanan dapat berpengaruh pada perilaku anak. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan tantrum, tetapi perilaku buah hati secara keseluruhan. Maka dari itu, hindari memberikan makanan dan minuman olahan yang mengandung zat-zat aditif, semisal junk food (donat, cupcake, soda, dll).
Pastikan makanan-makanan untuk balita Bunda mengandung gizi seimbang. Misalnya berupa sayur mayur, ikan laut, buah-buahan, dan susu yang merupakan makanan kaya protein, zat besi, vitamin, dan mineral.
Alihkan kebiasaan anak mengonsumsi junk food dengan memberinya asupan makanan yang akan meningkatkan kadar serotonin dalam otak, seperti pisang, yogurt, cokelat, dan berbagai jenis ikan laut. Serotonin konon merupakan zat yang dianggap sebagai obat penenang yang dapat menghadirkan perasaan nyaman dan bahagia.
Kadar serotonin yang rendah akan menyebabkan gejala fisik dan mental ringan, seperti mudah marah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur. Gejala-gejala seperti terlalu lelah atau sulit tidur inilah yang dapat memicu terjadinya tantrum.
7. Hindarkan Anak dari Kebiasaan Menonton TV dan Main Gadget
Kiat penanganan lain yang dapat Bunda lakukan sebelum tantrum terjadi adalah menjalin hubungan yang akrab dengan buah hati. Caranya yaitu dengan menjauhkan si kecil dari gadget dan jangan biarkan ia terlalu banyak menghabiskan waktu di depan TV. Kalaupun hendak menonton TV, pilihkan acara anak-anak yang mendidik dan tetap dampingi si kecil.
Terlalu sering menonton TV atau bermain gadget akan berdampak negatif pada anak dan mempengaruhi perilakunya. Kemungkinan, ia akan lambat bicara dan kurang mampu merespon perintah lantaran otaknya hanya bisa distimulasi ketika melihat cahaya yang kuat. Kalau sudah begitu, wajar saja jika ia mengekpresikan keinginannya dengan cara marah.
Sebaiknya, perbanyak aktivitas yang melibatkan Bunda dalam setiap kegiatan si kecil dengan cara menemaninya bermain. Anak-anak yang didampingi orang tua saat bermain akan lebih mudah terhindar dari rasa marah.
Bagaimana bisa demikian? Karena dengan bermain bersama, akan terjalin komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua. Dengan begitu, si kecil dapat mengatasi kesulitannya mengekspresikan perasaan lantaran sudah terbiasa menyampaikan langsung, entah secara verbal maupun nonverbal.
8. Jangan Mengajak Anak Bepergian di Jam Tidurnya
Untuk mencegah anak tantrum di luar rumah, pertimbangkan waktu yang tepat jika Bunda ingin mengajaknya bepergian atau berwisata. Sebaiknya, Bunda tidak mengajaknya jalan-jalan, arisan, belanja, atau yang lain di jam-jam yang biasanya digunakan oleh si kecil untuk tidur siang. Kalau ia mengantuk saat tidak di rumah, kemungkinan terjadinya tantrum akan lebih besar.
Repot, kan, kalau si kecil mengamuk di mall di tengah-tengah aktivitas belanja Bunda. Tentu akan sangat merepotkan dan mengundang perhatian dari pengunjung mall yang lain.
Sebaliknya, orang-orang atau kerabat yang hendak berkunjung ke rumah juga perlu Bunda batasi. Kalaupun ada yang mampir saat si kecil sedang tidur siang, usahakan agar memelankan suara dan tidak bercanda berlebihan. Tidak masalah Bunda memberi tahu tamu yang datang bahwa buah hati sedang istirahat. Daripada nanti ia tiba-tiba terbangun dan langsung tantrum, tamu juga akan merasa tidak nyaman, kan?
Baca juga: Rekomendasi Game Edukasi Anak Lengkap Untuk Buah Hati Anda
Cara Islami Mencegah Tantrum pada Anak
Jika Ayah dan Bunda beragama Islam, ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai cara mengatasi anak tantrum. Bukan hanya soal tantrum, uraian berikut ini akan membuka wawasan Ayah dan Bunda tentang bagaimana Islam memandang hal-hal berkaitan dengan perilaku anak.
Hal pertama yang perlu Bunda perhatikan ialah fakta bahwa anak merupakan titipan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 15 yang artinya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Maka dari itu, bagaimana perlakuan orang tua kepada si kecil akan menjadi ujian yang bisa mendatangkan pahala atau justru sebaliknya. Perlakuan yang dimaksud adalah sikap Ayah dan Bunda sebagai orang tua secara keseluruhan, termasuk dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani si kecil.
Sebab, ternyata kondisi tantrum dan kenakalan pada anak bisa pula dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, terutama rohani. Untuk mengatasinya, Bunda dapat merujuk pada hadis-hadis berisi tuntunan Rasulullah tentang cara mendidik anak.
Beri pendidikan rohani pada si kecil sejak usia dini, salah satunya dengan mengenalkan tentang Tuhan. Jika buah hati belum dapat bicara dan mengerti apa yang Bunda ajarkan, tidak apa-apa memulainya dengan membiasakan diri membaca Alquran di rumah untuk didengarkan anak. Simak uraian di bawah ini untuk penjelasan singkatnya.
Baca juga: Ciri-Ciri Anak Broken Home dan Dampaknya
1. Ajarkan Ta’awuz
Jika anak Bunda sudah mulai belajar bicara, ajarkan padanya cara berdoa. Salah satunya adalah ta’awuz (doa meminta perlindungan). Beri penjelasan pada anak, ketika ia merasa ingin marah agar mengucap, “A’uzu billahi minas syaitthanirrajim.”
Katakan pula pada anak tentang artinya, yaitu “Aku berlindung pada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Ajarkan padanya bahwa sikap marah bersumber dari setan dan karena itu mereka harus meminta perlindungan pada Allah SWT.
2. Biasakan Membaca Alquran di Rumah
Ayah dan Bunda dapat pula senantiasa membaca Alquran di rumah. Jadikan sebagai kebiasaan, Insya Allah rumah akan dilindungi dari godaan setan dan mengurangi terjadinya tantrum pada anak. Bukan hanya akan berpengaruh pada anak, membaca Alquran juga akan membuat suasana di dalam rumah lebih tenang.
Mengutip dari buku karya Muhyiddin Abu Zakaria Yahya berjudul Al-Adzkar al-Muntakhabah min Kalaami Sayyid al-Abrar, Bunda bisa melantunkan doa meminta perlindungan yang berbunyi, “Bismillâhilladzî lâ yadlurru ma’a ismihi syaiun fil ardli wa lâ fis samâ`i wa huwas sami’ul ‘alim.”
Artinya, “Dengan menyebut asma Allah, Dzat yang dengan asma-Nya, tidak akan bisa membahayakan apapun yang ada di bumi dan langit. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Baca sebanyak tiga kali, Insya Allah bisa membuat si kecil tenang.
3. Terapi Telinga dengan Alquran
Terapi telinga dengan Alquran boleh jadi merupakan cara mengatasi anak tantrum yang tepat. Baca Alquran di dekat anak ketika dirinya sedang tidur. Hal ini bisa dilakukan kapan pun, baik siang maupun malam hari.
Kalau Bunda dan Ayah sibuk, tidak masalah jika hanya memperdengarkan lantunan ayat suci Alquran berupa VCD atau MP3. Namun tentu saja, memutarnya tidak perlu keras-keras agar si kecil yang sedang tidur tidak terganggu.
Kelebihan dari metode ini didukung fakta bahwa telinga masih berfungsi dengan baik meski dalam kondisi tertidur. Alat pendengaran manusia itu berhubungan langsung dengan sistem saraf sehingga apa yang didengar ketika tidur mampu menstimulasi otak.
Oleh karenanya, jika anak mendengar lantunan Alquran, otaknya akan mendapatkan sugesti positif. Hal ini akan membantunya lebih bisa mengendalikan diri dan mengontrol emosi, juga akan membantunya menerima perintah dan pelajaran dari orang tuanya lebih cepat.
Misalnya, jika Bunda pernah menasihatinya untuk tidak marah berlebihan, menerapkan metode terapi telinga dengan Alquran akan membuatnya mudah menerima tuntunan tersebut. Dengan begitu, diharapkan si kecil akan memilih untuk menyampaikan perasaannya dengan baik daripada meluapkan emosinya lewat kemarahan yang tidak terkendali.
Sudahkah Bunda Mengerti Cara Mengatasi Anak Tantrum di Atas?
Kondisi tantrum umumnya memang terjadi pada anak usia 12 sampai 18 bulan dan mencapai puncaknya ketika mereka berumur 2 tahun. Akan tetapi, kondisi ini bisa saja terjadi pada anak-anak yang usianya 3-5 tahun. Cara mengatasi anak tantrum mungkin akan berbeda ketika usia si kecil semakin bertambah.
Yang perlu Bunda catat, menghindari agar tantrum tidak terjadi selama hal itu masih bisa dihindari lebih tepat untuk dilakukan. Menghindari dan mencegah lebih mudah daripada hanya fokus pada cara mengatasinya ketika kondisi tersebut sudah terlanjur terjadi karena akan sangat merepotkan.
Semoga artikel ini dapat membantu dan kiranya mampu mengatasi kegelisahan Bunda atas kondisi tantrum yang dialami si kecil. Jika Bunda membutuhkan informasi lain terkait parenting, PosBunda juga menyediakan artikel mengenai permasalahan anak, seperti masalah susah makan dan susah tidur.